Friday, 26 February 2016

Membuka Hati Melalui Zikir Friday, 26 February 2016

Salah satu cara membuka hati kita adalah melalui zikir. Kalau dari segi bahasa, zikir berasal dari bahasa Arab, yang arti bahasa Indonesianya adalah “ingat.” Mungkin zikir itu seperti anda yang selalu ingat dengan si doi, tidak pernah lepas satu detik pun. Nah, mestinya sih yang seperti itu anda berikan kepada Allah.

Sebenarnya, saya juga tidak sangat tahu soal ini, tapi begini saja. Kita mulai dari ajarannya Abu Hamid Al-Ghazali. Tahu kan, siapa beliau? Kalau belum, cari tahu sendiri ya. Gampang kok, soalnya beliau itu seorang guru sufi yang sudah tenar sekali. Tanya saja ustadz anda, pasti beliau tahu siapa Al-Ghazali.

Menurut beliau, zikir punya empat makna.

Pertama, zikir adalah usaha yang istiqamah alias terus-menerus untuk senantiasa mengingat Allah. Artinya, zikir itu adalah lawan kata “lalai.” Anda selalu ingat dan tidak lalai kepada siapa yang memberi anda hidup, memberi anda napas, memberi anda perasaan, memberi anda pikiran, atau bahkan yang memberi anda nafsu, dan semua yang ada dalam diri anda. Nah, jangan salah, menurut beliau, shalat juga merupakan sebentuk zikir. Sebab, lewat shalat, kita seolah-olah hadir kepada Allah, maka Allah pun akan datang menemui kita.

Kedua, zikir adalah mengulang-ulang ungkapan, do’a atau nama-nama Allah, misalnya “La ilaha ilallah,” atau kata “Allah-Allah” yang diulang-ulang, atau “Ya Hayy” atau “Ya Haqq”, dan sebagainya. Zikir-zikir seperti ini harus dilakukan dengan kesungguhan niat, kesadaran, dan konsentrasi. Cara zikir seperti ini disebut zikir lidah.

Ketiga, zikir itu artinya kondisi batin saat kesadaran anda terhadap Allah memenuhi diri. Anda “putus” perhatian kepada dunia, paling tidak pada saat anda berzikir itu. Ini namanya zikir hati. Zikir seperti ini tampak sulit. Tapi paling tidak, anda harus mulai melatih diri.

Keempat, zikirnya orang yang ada di level batin yang sangat dalam. Tidak berubah, sangat istiqamah. Inilah zikir jiwa yang suci.

Sekarang, cara yang paling mungkin kita kerjakan yang mana? Kalau anda sudah siap, mulailah dengan apa yang selalu anda temui dalam kehidupan sehari-hari. Semua yang anda lihat, dengar, cium, raba dan rasakan oleh mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah, sebenarnya memberi kesaksian yang tak terbantahkan tentang Allah. Batu dan bongkahan, tumbuhan dan pohon-pohon, makhluk hidup, langit, bumi, bintang-bintang, daratan dan lautan, api dan udara, semuanya mengingatkan indra-indra anda akan kebesaran-Nya. Semuanya bisa anda jadikan alat untuk berzikir.

Ada seorang syaikh di Istanbul, Sunbul Effendi namanya. Karena sudah mulai tua, dia berniat mencari pengganti untuk dirinya. Dia menguji murid-muridnya dengan cara menyuruh mereka mencari bunga untuk menghias pondok. Semua muridnya berhasil melaksanakan ujian itu. Mereka kembali sambil membawa bunga-bunga yang besar dan indah. Tapi, salah seorang dari mereka tidak mendapat apa-apa, kecuali bunga kecil dan sudah layu. Saat ditanya kenapa dia tidak mendapatkan yang bagus, dia menjawab, “Aku lihat, semua bunga sedang sibuk berzikir kepada Allah. Aku ingin membiarkan mereka. Aku tidak mau memotong ibadah mereka yang istiqamah itu. Lalu, aku lihat ada sebuah bunga yang sudah selesai berzikir. Ya, bunga itu yang aku bawa.” Nah tuh, hanya dengan setangkai bunga kecil dan sudah layu, sang murid bisa mengingat Allah.

Ujung ceritanya, si murid yang mendapat bunga kecil dan layu itu malah menjadi syaikh yang menggantikan Sunbul Effendi. Kok bisa, sih? Ya, bisa karena dia sering melatih diri untuk berzikir. Jadi, ketika ada bunga yang sedang berzikir pun dia bisa merasakan. Murid seperti dialah yang sebenarnya dicari Sunbul Effendi.

Contoh lainnya lagi adalah kelelawar. Manusia mulia seperti anda seharusnya tidak punya sifat kelelawar. Kelelawar tidak bisa melihat di siang hari karena silau akan matahari. Jadi, ia justru keluar dalam gelap. Kalau anda sudah keseringan menghabiskan waktu dengan percuma, keseringan menonton ilm atau gambar porno, keseringan dengar lagu-lagu yang gersang dan membuat anda gerah, maka nurani anda akan buta karena silau oleh itu semua. Otak anda akan tumpul dan lama-kelamaan anda jadi seperti mayat hidup. Semua indra anda tidak berfungsi dengan baik. Anda sudah tidak sanggup lagi menciptakan kebaikan-kebaikan. Seperti kelelawar di siang hari.

Dunia anda begitu terang! Anda bisa mengambil apapun yang bermanfaat dari sana. Anda bisa bertemu Allah setiap saat. Anda bisa hidup sambil menebar kebahagiaan dan keindahan terhadap sesama. Anda bisa menuai panen intan permata, asal anda tidak buta.

Sekarang, mulailah memanfaatkan semua indra anda, bersihkan pikiran anda, beningkan hati anda dengan sering-sering berbagi, murnikan akal anda dengan sering-seing merenungi diri sendiri, latih otak anda dengan sering belajar. Semua itu adalah awal belajar berzikir.
dari http://lampuislam.blogspot.com/



Alam Barzakh: Dunia di Antara Dua Kehidupan


Oleh: Ustad Bilal Assad

Pertama-tama, alam barzakh adalah kehidupan yang merupakan pembatas, antara dunia dimana kita hidup dan sebuah dunia yang tidak dapat kita pahami. Hal ini karena alam barzakh adalah kehidupan dengan realitanya sendiri. Alam barzakh tidak seperti dunia ini dan ia juga bukan alam akhirat (hari kiamat). Dia terletak di antara keduanya.

Allah berfirman dalam Quran tentang dua laut yang bertemu di dunia ini. Dia berfirman:

“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. (Qs. Ar-Rahman[55]:19-20)

Dalam ayat di atas, Allah menggunakan kata barzakh untuk menggambarkan pembatas antara dua lautan tersebut. Dan kata barzakh juga digunakan untuk menggambarkan kehidupan setelah kematian sebelum hari kiamat. Allah berfirman dalam Quran:

Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (Qs. Al-Mu’minuun[23]: 100)

Hal ini menunjukkan bahwa ada pembatas antara dua kehidupan yang tidak bercampur dengan dunia yang kita tinggali sekarang. Anda tidak tahu apa yang terjadi pada orang-orang yang telah meninggal, dan mereka tidak tahu apa yang terjadi pada anda. Dan anda tidak bisa memahaminya.
Anda baru memahaminya ketika anda sudah meninggal.

Inilah alam barzakh, sebuah pembatas di antara hidup ini dan kehidupan selanjutnya ketika anda meninggal sebelum anda dibangkitkan kembali. Saudara/saudariku dalam Islam, tepat pada saat anda meninggal, maka ruh mulai merasakan alam barzakh.

Jika anda ingin lebih memahaminya dengan contoh yang sederhana, bayangkan anda bermimpi ketika sedang tidur. Tubuh anda berada di kamar dan orang lain dapat melihat tubuh anda, mereka bisa menyentuh tubuh anda. Tapi ruh anda ada di alam mimpi. Ruh anda melakukan sesuatu yang lain, melihat sesuatu yang lain, dan mendengar sesuatu yang lain. Bukankah begitu? Ia ada di alam yang berbeda, bahkan terkadang anda tidak tahu dimana anda berada. Tapi tubuh anda ada di atas tempat tidur. Bagi orang lain di sekitar anda, yang mereka lihat adalah tubuh anda yang sedang tidur.

Sebagian orang yang tidur bahkan tidak sadar kalau mereka sedang tidur, mereka pikir itu adalah kenyataan. Dan sebagian orang tahu bahwa mereka sedang tidur ketika mereka bermimpi. Apakah anda pernah merasakan itu? Ini dinamakan luciddream.

Jadi dunia barzakh mirip seperti ketika ruh anda keluar ketika sedang tidur. Anda tidak butuh oksigen untuk ruh anda di alam mimpi. Pernahkah anda bermimpi bisa bernapas di dalam air? Ruh anda tidak butuh apa yang dibutuhkan tubuh anda. Tubuh kita bertahan hidup dengan makanan dan oksigen tapi ruh tidak demikian.

Jadi jika anda bisa mengerti mimpi, maka anda bisa mengerti barzakh. Saya pikir tidak seorang pun mengerti fenomena mimpi dan bagaimana ruh keluar ketika sedang tidur, dan begitu juga kita tidak bisa memahami alam barzakh.

Alam barzakh saudara/saudariku adalah tempat pemberhentian sementara di antara hidup ini dan akhirat. Di alam barzakh inilah seseorang akan diperlihatkan apakah dia akan masuk neraka atau surga.

Dan juga sebagaimana hadist yang Rasulullah s.a.w sabdakan bahwa kuburan adalah bagian pertama dari akhirat. Jika seseorang diselamatkan dari azab dan siksa kubur, maka apa yang akan terjadi setelahnya akan menjadi lebih baik dan mudah. Dia akan diselamatkan dari hal-hal yang lebih besar. Jika dia tidak diselamatkan dari siksa kubur, maka apapun yang akan datang setelahnya akan menjadi lebih buruk.

Saudara/saudariku, ketika seseorang pergi ke kuburan, Rasulullah s.a.w memberitahu kita bahwa seseorang membawa 3 hal bersamanya. Yang satu tetap bersamanya dan yang dua kembali. Rasulullah s.a.w bersabda bahwa keluarga dan kekayaan kita akan kembali. Apa yang tinggal bersama kita dalam kubur adalah amalan baik dan amalan buruk kita. Amalan itulah yang akan menentukan kemana anda akan menuju dan apa yang akan terjadi dalam kubur anda.

Rasulullah s.a.w juga memberitahu kita bahwa orang yang sudah meninggal saling mengunjungi satu sama lain dalam kubur mereka. Karena dia s.a.w bersabda “Ketika kamu mengubur seorang yang meninggal, maka buatlah kafannya baik, dan berikan mereka wewangian, persiapkan mereka karena para ahli kubur saling mengunjungi satu sama lain.”

Rasulullah s.a.w juga memberitahu kita bahwa binatang-binatang dapat mendengar seseorang yang sedang diazab dalam kuburnya. Aisyah r.a menceritakan tentang dua orang wanita Yahudi yang merupakan tetangganya. Aisyah berkata, “Dua orang wanita tua dari kaum Yahudi memasuki rumahku di Madinah pada suatu ketika dan mereka berkata padaku “Para ahli kubur diazab di dalam kubur mereka. Jadi aku katakan pada mereka ‘Kamu berbohong. Para ahli kubur tidak diazab.’ Kemudian mereka pergi. Lalu Rasululah s.a.w masuk dan aku katakan ‘Ya Rasulullah,
dua orang wanita Yahudi mendatangiku dan berkata bahwa para ahli kubur disiksa dalam kubur mereka.’ Rasulullah s.a.w bersabda ‘Kedua wanita Yahudi tadi berbicara benar. Para ahli kubur disiksa sampai-sampai binatang dapat mendengarnya, namun manusia dan jin tidak dapat mendengarnya.”

Saya tidak ingin menakuti anda, tapi merupakan amalan kitalah yang tentunya akan menentukan bagaimana keadaan kita dalam kubur, entah apakah kubur kita akan menjadi taman dari taman surga atau jurang dari jurang neraka. Dan Rasulullah s.a.w sendiri seringkali berdo’a agar dilindungi dari azab kubur. Dan hal ini juga harus kita lakukan sebagai makhluk yang berulang kali melakukan dosa. Dan kerjakanlah amal shaleh, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan melakukan amal shaleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (Qs. Al-Bayyinah[98]:7)

Semoga Allah melapangkan kubur kita dan menjauhkan kita dari azab kubur yang pedih. Aamiin ya robbal alamin.
dari http://www.organisasi.org/



Meraih Keutamaan Bulan Ramadhan


Oleh: Muhammad Yusran Hadi, Lc, MA. - Ketua Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Prov. Aceh

Ketika bulan Ramadhan datang, Rasul saw senantiasa memberikan taushiah  (nasihat) dan bimbingan mengenai Ramadhan dan puasa. Beliau memberi kabar gembira atas kedatangan Ramadhan kepada para shahabat dan umatnya dengan menjelaskan berbagai keutamaan bulan Ramadhan. Tujuannya adalah untuk memberi motivasi bagi para sahabat dan umat Islam lainnya untuk semangat melakukan ibadah dan amal shalih (kebaikan) pada bulan berkah ini. Oleh karena itu, topik ini menjadi penting untuk dibicarakan, agar kita termotivasi untuk meraih berbagai keutamaan Ramadhan.

Bulan Ramadhan dijuluki dengan sebutan sayyidusy syuhur (penghulu bulan-bulan). Dinamakan demikian karena Bulan Ramadhan memiliki berbagai keutamaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh bulan lainnya. Di antara keutamaannya yaitu:


Pertama, Ramadhan merupakan syahrul Quran (bulan Al-Quran). Diturunkannya Al-Quran pada bulan Ramadhan menjadi bukti nyata atas kemuliaan dan keutamaan bulan Ramadhan. Allah Swt berfirman: “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185). Di ayat lain Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam qadar” (QS. Al-Qadar: 1). Dan banyak ayat lainnya yang menerangkan bahwa Al-Quran diturunkan pada bulan Ramadhan.

Itu sebabnya bulan Ramadhan dijuluki dengan nama syahrul quran (bulan Al-Quran).  Pada setiap bulan Ramadhan pula Rasulullah saw selalu bertadarus (berinteraksi) dengan Al-Quran dengan Jibril as, sebagaimana disebutkan dalam riwayat Ibnu Abbas r.a (HR. Bukhari). Maka, pada bulan Ramadhan ini kita digalakkan untuk memperbanyak berinteraksi dengan Al-Quran, dengan cara membacanya, memahami dan mentadabburi maknanya, menghafal dan mempelajarinya, serta mengamalkannya.

Kedua, bulan Ramadhan merupakan syahrun mubarak (bulan keberkahan), sebagaimana sabda Rasul saw, “Sungguh telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah. Pada bulan ini diwajibkan puasa kepada kalian..”. (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi). Setiap ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan, maka Allah akan melipat gandakan pahalanya. Rasulullah saw bersabda: “Setiap amal yang dilakukan oleh anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipat bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Swt berfirman: Kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku yang langsung membalasnya. Karena sesungguhnya ia telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena-Ku” (HR. Muslim).

Rasulullah saw pernah berkhutbah di hadapan para sahabatnya, “Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai (ibadah) didalamnya lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan sunnah. Siapa yang mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan (pada bulan itu), seolah-olah ia mengerjakan satu perbuatan wajib pada bulan lainnya. Siapa yang mengerjakan satu perbuatan wajib pada bulan yang lain, ia seolah-olah mengerjakan tujuh puluh kebaikan di bulan lainnya.” (HR. Baihaqi)

Tidak hanya keberkahan menuai pahala, namun banyak keberkahan lainnya. Dari aspek ekonomi, Ramadhan memberi keberkahan ekonomi bagi para pedagang dan lainnya. Bagi fakir miskin, Ramadhan membawa keberkahan tersendiri. Pada bulan ini seorang muslim sangat digalakkan untuk berinfaq dan bersedekah kepada mereka. Bahkan diwajibkan membayar zakat fitrah untuk mereka.

Ketiga, pada bulan Ramadhan pintu-pintu surga terbuka dan pintu-pintu neraka tertutup serta syaithan-syaithan diikat. Dengan demikian, Allah Swt telah memberi kesempatan kepada hamba-Nya untuk masuk surga dengan ibadah dan amal shalih yang mereka perbuat pada bulan Ramadhan. Syaithanpun tidak diberi kesempatan untuk mengoda dan menyesatkan manusia. Rasulullah saw bersabda, “Apabila masuk bulan Ramadhan maka pintu-pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan syaithan-syaithan pun dibelenggu.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka pada bulan ini kita digalakkan untuk memperbanyak ibadah sunnat dan amal shalih, agar kita dapat masuk surga.

Keempat, bulan Ramadhan adalah sarana bagi seorang muslim untuk berbuat kebaikan dan mencegah maksiat. Rasulullah saw bersabda, “Apabila malam pertama bulan Ramadhan tiba, maka syaithan-syaithan dan jin-jin Ifrit dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup sehingga tidak satupun darinya terbuka, dan pintu-pintu surga dibuka sehingga tidak satupun pintu yang tertutup. Kemudian ada seorang (malaikat) penyeru yang memanggil: “Wahai pencari kebaikan, bergembiralah! Wahai para pencari kejahatan, tahanlah!”. (HR. At-Tirmizi, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah).

Para pelaku maksiat merasa dipersempit ruang gerak untuk berbuat maksiat pada bulan Ramadhan. Karena, pada bulan Ramadhan mereka harus menahan nafsunya. Tempat-tempat maksiat, hiburan-hiburan yang mengumbar birahi ditutup serta fasilitas maksiat ditutup. Terlebih lagi para syaithan yang menjadi guru para pelaku maksiat selama ini dibelenggu pada bulan Ramadhan. Begitu pula nafsu yang menjerumuskan manusia ke neraka juga dikekang dengan ibadah puasa, karena puasa itu adalah penahan nafsu dan maksiat sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Puasa itu Junnah (penahan nafsu dan maksiat)” (HR. Ahmad, Muslim dan An-Nasa’i)

Meskipun demikian, jika perbuatan maksiat masih terjadi pada bulan Ramadhan, maka penyebabnya ada tiga: Pertama, para pelaku maksiat pada bulan ini adalah murid dan kader syaithan. Mereka telah dilatih untuk berbuat maksiat sehingga menjadi kebiasaan. Mereka ini adalah alumni madrasah syaithan yang selama ini ditraining untuk berbuat maksiat oleh “guru atau ustaz” mereka (syaithan). Kedua, puasa yang dilakukan oleh pelaku maksiat itu tidak benar (tidak sesuai dengan tuntunan Rasul saw) sehingga tidak diterima. Bila ia berpuasa dengan benar, maka puasanya itu pasti mencegahnya dari maksiat. Ketiga, nafsunya telah menguasai dan menyandera dirinya. Puasa sesungguhnya tidak hanya menahan diri dari makan, minum dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa, namun juga menahan diri dari nafsu dan maksiat baik berupa ucapan maupun perbuatan yang diharamkan. Akibatnya puasanya tidak bernilai nilai apa-apa dan tidak memberikan dampak positif dalam tingkah lakunya. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila pada bulan Ramadhan masih ada orang-orang yang “istiqamah” berbuat maksiat.

Kelima, Ramadhan bulan maghfirah (pengampunan dosa). Allah Swt menyediakan Ramadhan sebagai fasilitas penghapusan dosa selama kita menjauhi dosa besar. Nabi saw bersabda: ”Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at dan Ramadhan ke  Ramadhan  menghapuskan dosa-dosa di antara masa-masa itu selama dosa-dosa besar dijauhi”. (HR. Muslim). Melalui berbagai aktifitas ibadah di bulan Ramadhan Allah Swt menghapuskan dosa kita. Di antaranya adalah puasa Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi Saw: ”Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah Swt, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhari dan Muslim). Begitu pula dengan melakukan shalat malam (tarawih, witir dan tahajuj) pada bulan Ramadhan dapat menghapus dosa yang telah lalu, sebagaimana sabda Nabi saw: ”Barangsiapa yang berpuasa yang melakukan qiyam Ramadhan  (shalat malam) dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah Swt, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Keenam, Ramadhan bulan itqun minan nar (pembebasan dari Api neraka). Setiap malam di bulan Ramadhan Allah membebaskan hamba-hamba yang dikehendaki dari api neraka. Rasulullah saw bersabda, “Dan Allah membebaskan orang-orang dari api neraka pada setiap malam.” (HR. At-Tirmizi, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah).

Ketujuh, pada bulan Ramadhan terdapat Lailatul Qadar yang nilai kebaikan padanya lebih baik dari seribu bulan. Allah berfirman: “Dan Tahukah kamu lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan.” (Al-Qadar: 2-3). Rasul saw bersabda: “Pada bulan Ramadhan ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang dihalangi kebaikannya padanya, maka rugilah dia” (H.R. Ahmad,An-Nasa’i & Baihaqi). Maka kita sangat digalakkan untuk mencari lailatul qadar ini dengan i’tikaf, khususnya pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, mengikuti perbuatan Rasul saw. Aisyah r.a berkata: “Apabila telah masuk sepuluh hari terakhir (dari bulan Ramadhan), Nabi saw menghidupkan waktu malam beliau, membangunkan keluarga beliau untuk beribadah, dan mengencangkan ikat pinggang.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat lain: “Nabi saw sangat giat beribadah pada sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan) melebihi ibadah beliau pada hari-hari lainnya.” (HR.Muslim)

Mengingat berbagai keutamaan Ramadhan tersebut di atas, maka sangat disayangkan bila Ramadhan datang dan berlalu meninggalkan kita begitu saja, tanpa ada usaha maksimal dari kita untuk meraihnya dengan melakukan berbagai ibadah dan amal shalih. Celakanya, bila hari-hari Ramadhan yang seharusnya diisi dengan memperbanyak ibadah diganti dengan ajang maksiat, na’uzubillahi min zaalik..! Rasulullah saw telah memberi peringatan dengan sabdanya: “Jibril telah datang kepadaku dan berkata: ”Wahai Muhammad, Siapa yang menjumpai bulan Ramadhan, namun setelah bulan ini habis dan tidak mendapat ampunan, maka ia masuk Neraka. Semoga Allah menjauhkannya. Katakan Amin! Aku pun mengatakan Amin!. (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam shahihnya). Dalam riwayat lain, Rasulullah saw bersabda, “Celakalah bagi orang yang masuk pada bulan Ramadhan, kemudian Ramadhan berlalu sebelum ia diampuni.” (HR. At-Tirmizi, Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al-Baihaqi). Semoga kita dapat meraih berbagai keutamaan yang disediakan pada bulan Ramadhan. Amin!

Sumber: eramuslim
dari http://lampuislam.blogspot.com/
Tagg Label

Yang Dilakukan Jika Lupa Membaca Niat Puasa


Hukum Niat

Niat adalah rukun berpuasa sebagaimana pada seluruh ibadah. Nabi -Shallallahu alaihi wasallam- bersabda, “Sesungguhnya setiap amalan itu (syah atau tidaknya) tergantung dengan niatnya dan setiap orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan.” (HR.Al-Bukhari dan Muslim dari Umar bin Al-Khaththab)


Niat dalam ibadah, baik wudhu, shalat, puasa dan selainnya tidak perlu dilafazhkan. Ibnu Taimiah -rahimahullah- berkata, “Mengucapkan niat (secara jahr) tidak diwajibkan dan tidak pula disunnahkan berdasarkan kesepakatan kaum muslimin.” (Majmu’ Al-Fatawa: 22/218-219) Dan dalam (22/236-237) beliau berkata, “Niat adalah maksud dan kehendak, sedangkan maksud dan kehendak tempatnya adalah di hati, bukan di lidah, berdasarkan kesepakatan orang-orang yang berakal. Walaupun dia berniat dengan hatinya (tanpa memantapkannya dengan ucapan, pen.), Maka niatnya syah menurut Imam Empat dan menurut seluruh imam kaum muslimin baik yang terdahulu maupun yang belakangan.” Maka sekedar bangunnya seseorang di akhir malam untuk makan sahur -padahal dia tidak biasa bangun di akhir malam-, itu sudah menunjukkan dia mempunyai maksud dan kehendak -dan itulah niat- untuk berpuasa.

Waktu Berniat

Diriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Ibnu Umar dan Hafshah -radhiallahu anhuma- bahwa keduanya berkata:

“Barangsiapa yang tidak memalamkan niatnya sebelum terbitnya fajar maka tidak ada puasa baginya.” (HR. Abu Daud no. 2454, At-Tirmizi no. 730, An-Nasai (4/196), dan Ibnu Majah no. 1700)

Hadits ini disebutkan oleh sejumlah ulama mempunyai hukum marfu’, yakni dihukumi kalau Nabi yang mengucapkannya. Karena isinya merupakan sesuatu yang bukan berasal dari ijtihad dan pendapat pribadi.

Maka dari hadits ini jelas bahwa waktu niat adalah sepanjang malam sampai terbitnya fajar. Hadits ini juga menunjukkan wajibnya berniat dari malam hari dan tidak syahnya puasa orang yang berniat setelah terbitnya fajar. Ini adalah pendapat mayoritas Al-Malikiah, Asy-Syafi’iyah. dan Al-Hanabilah. Dan ini yang dikuatkan oleh Ibnu Qudamah, An-Nawawi, Ibnu Taimiah, Ash-Shan’ani dan Asy-Syaukani.

Lain halnya puasa sunnat, waktu berniat tidak harus malam hari, tapi bisa dilakukan setelah terbit fajar sampai sebelum tergelincirnya matahari (waktu Dzuhur) dengan syarat ia belum makan/minum sedikitpun sejak Subuh. Bahkan ulama mazhab Hambali, untuk puasa sunat, membolehkan berniat setelah waktu Dzuhur.

Kembali ke persoalan, seandainya lupa berniat pada malam hari atau tertidur, bolehkah melakukan niat setelah terbit fajar atau pagi harinya?

Untuk lebih detailnya, marilah kita ikuti berbagai pendapat berikut ini:

Pendapat mazhab Hanafiyah : Lebih baik bila niat puasa (apa saja) dilakukan bersamaan dengan terbitnya fajar, karena saat terbit fajar merupakan awal ibadah. Jika dilaksanakan setelah terbitnya fajar, untuk semua jenis puasa wajib yang sifatnya menjadi tanggungan/hutang (seperti puasa qadla, puasa kafarat, puasa karena telah melakukan haji tamattu' dan qiran --sebagai gantinya denda/dam, dll) maka tidak sah puasanya.

Karena, menurut mazhab ini, puasa-puasa jenis ini niatnya harus dilakukan pada malam hari. Tapi lain dengan puasa wajib yang hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu, seperti puasa Ramadhan, nadzar, dan pusa-puasa sunnah yang tidak dikerjakan dengan sempurna, maka boleh saja niatnya dilakukan setelah fajar sampai sebelum Dhuhur. 

Mazhab Malikiyah: Niat dianggap sah, untuk semua jenis puasa, bila dilakukan pada malam hari atau bersamaan dengan terbitnya fajar. Adapun apabila seseorang berniat sebelum terbenamnya matahari pada hari sebelumnya atau berniat sebelum tergelincirnya matahari pada hari ia berpuasa maka puasanya tidak sah walaupun puasa sunnah.

Mazhab Syafi'iyah: Untuk semua jenis puasa wajib (baik yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu seperti puasa Ramadlan; yang sifatnya menjadi tanggungan seperti qadla', nazar, kafarat, dll.) niat harus dilakukan pada malam hari. Adapun puasa sunnnah, niat bisa dilakukan sejak malam hari sampai sebelum tergelincirnya matahari. Karena Nabi saw. suatu hari berkata pada 'Aisyah: 'Apakah kamu mempunyai makanan?'. Jawab 'Aisyah: 'Tidak punya'. Terus Nabi bilang: 'Kalau begitu aku puasa'. Lantas 'Aisyah mengisahkan bahwa Nabi pada hari yang lain berkata kepadanya: 'Adakah sesuatu yang bisa dimakan?'. Jawab 'Aisyah: 'Ada'. Lantas Nabi berkata: 'Kalau begitu saya tak berpuasa, meskipun saya telah berniat puasa'.

Mazhab Hambaliyah: Tidak beda dari Syafi'iyah, mazhab ini mengharuskan niat dilakukan pada malam hari, untuk semupa jenis puasa wajib. Adapun puasa sunnah, berbeda dari Syafi'iyah, niat bisa dilakukan walaupun telah lewat waktu Dhuhur (dengan syarat belum makan/minum sedikitpun sejak fajar).

Dan pendapat yang terakhir inilah (bolehnya niat puasa sunat walaupun telah lewat Dhuhur) yang paling kuat.(Menurut Dr. Wahbah al-Zuheily. --Red)

Catatan:

Kecuali kalau dia baru mendengar kabar hilal ramadhan di pagi hari, maka ketika itu hendaknya dia berpuasa dan puasanya syah, karena tidak mungkin bagi dia untuk kembali berniat di malam hari.


Apakah Syah Berniat Di Awal Ramadhan Untuk Sebulan Penuh?

Pendapat yang menyatakannya syahnya adalah pendapat Zufar, Malik, salah satu riwayat dari Ahmad dan salah satu riwayat dari Ishaq.

Hal itu karena puasa ramadhan adalah satu kesatuan, sama seperti rangkaian ibadah haji yang cukup diniatkan sekali.

Sementara jumhur ulama berpendapat wajibnya berniat setiap malamnya berdalilkan hadits Hafshah dan Ibnu Umar di atas.

Mereka mengatakan: Karena jumlah malam dalam ramadhan adalah 29 atau 30 hari maka wajib untuk memalamkan niat pada tiap malam tersebut.

Yang kuat dalam masalah ini adalah pendapat yang pertama, dan ini adalah pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Taimiah dan Syaikh Ibnu Al-Utsaimin.

Akibat perbedaan pendapat ini nampak pada satu masalah yaitu:

Jika seorang yang wajib berpuasa pingsan atau tidur sebelum terbenamnya matahai dan baru sadar atau bangun setelah terbitnya fajar kedua. Maka menurut pendapat mayoritas ulama, dia tidak boleh berpuasa dan puasanya tidak syah walaupun dia berpuasa, sementara menurut pendapat yang kedua dia boleh berpuasa dan puasanya syah karena telah berniat di awal ramadhan.

Maka dari sini kami berkesimpulan bahwa yang kuat adalah pendapat yang pertama, yakni yang menyatakan bolehnya berniat di awal ramadhan untuk sebulan penuh, wallahu a’lam.

==================
Referensi:
  1. THE ISLAMIC JURISPRUDENCE AND ITS EVIDENCES, Jilid III, karya Prof. Dr. Wahbah Al Zuhaily. (Tim penerjemah: Hendra Suherman, Eva Fachrunnisa, Ali Mu'in Amnur, dan Zaimatussa'diyah)
  2. [Al-Mughni: 3/9, Al-Majmu’: 6/302, Kitab Ash-Shiyam: 1/198-199, Asy-Syarhul Mumti’: 6/369, dan At-Taudhih: 3/151]
  3. [Al-Mughni: 3/7, Al-Majmu’: 6/289-290, An-Nail: 4/196, dan Al-Muhalla no. 728]

Tagg Label

Kisah Pemuda yang Meminta Izin Berzina Pada Rasulullah

Pada suatu hari ada seorang pemuda yang gagah mendatangi Nabi Muhammad S.A.W. Dia berkata “Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk berbuat zina. Para Sahabat r.a yang hadir disana pun marah mendengar ucapannya. Betapa lancangnya si pemuda meminta kepada nabi Muhammad agar mengizinkannya berzina.

Namun lihatlah nasihat yang diberikan oleh Nabi Muhammad s.a.w. Beliau adalah guru terbaik sepanjang masa. Dia mendekatkan pemuda itu ke sisinya dan mempersilahkannya duduk. Kemudian Nabi Muhammad mendekatinya dan berkata “Apakah kau mau ibumu berzina?” Pemuda itu berkata: “Tidak ya Rasulullah. Aku tidak ingin ibuku berbuat zina. Aku akan menyerahkan diriku padamu wahai Rasulullah.”

“Demikian pula halnya setiap manusia pasti tidak menyukai hal itu terjadi pada ibu-ibu mereka”, jelas Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam kepada pemuda itu.

Dia bersabda: “Bagaimana kalau adikmu?” Pemuda itu berkata: “Tidak ya Rasulullah.” Rasulullah s.a.w bersabda “Demikian pula manusia tidak menyukai hal itu terjadi pada saudara-saudara perempuan mereka.”

Nabi Muhammad S.A.W. bersabda “Kalau putrimu?” Pemuda itu bahkan belum menikah. Disini Nabi Muhammad S.A.W. memberikannya sebuah pengandaian, apakah dia mau jika suatu hari nanti setelah menikah dan mempunyai anak perempuan, anaknya berzina. Pemuda itu berkata: “Tidak ya Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Tidak pula manusia menyukai hal itu terjadi pada anak-anak perempuan mereka.”

Dia bersabda: “Kalau bibimu dari sisi ayahmu?” Pemuda itu berkata: “Tidak ya Rasulullah.”

“Bagaimana dengan bibimu dari sisi ibumu?” Dia berkata: “Tidak juga!” Kemudian Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda, “Tidak pula manusia menyukai hal itu terjadi pada bibi mereka.”

Maka Rasulullah meletakkan tangannya kepada pemuda itu seraya mengucapkan: “Ya Allah, ampunilah dosanya, bersihkanlah hatinya dan peliharalah kemaluannya.” Lihatlah bagaimana Nabi Muhammad s.a.w memberi pelajaran dengan lemah lembut namun mengandung kebijaksanaan yang besar.

(Kisah ini dinukil dari HR. Ahmad dan Thabrani, disahihkan oleh Al-Albani dalam Silsilah no. 370)
dari http://lampuislam.blogspot.com/



Cara Mudah Untuk Meredam Amarah


Cara Mengendalikan AmarahCara Mudah Untuk Meredam Amarah. Mungkin meningkatkan kesabaran kita saat berpuasa bukan hal yang mudah. Atau mungkin kita lebih mudah tersulut amarah ketimbang bersabar dalam menghadapi suatu masalah. Tapi, marah itu adalah hal yang wajar.
Cara Mengendalikan Marah Saat Berpuasa Ramadhan. Tidak aneh bila seseorang marah jika barang atau hal lainnya rusak dan diambil orang. Namun, alangkah baiknya jika disaat kita berpuasa ramadhan, kita belajar untuk sedikit meningkatkan kesabaran kita, sehingga dapat mengendalikan apa yang disebut dengan kata marah. Cara Mudah Meningkatkan Kesabaran.
Cara Mudah Untuk Meredam Amarah. 
Sebuah penelitian di Amerika menyatakan bahwa rata-rata orang mengalami kehilangan kesabaran tiga sampai empat kali dalam sepekan. Untuk mengendalikannya, pakar psikologi dan perilaku sosial, Raymond W Novaco, dari University of California, menyatakan perlu ada manajemen amarah dalam setiap individu. Ia pun memberikan tips cara jitu meredam amarah seperti dikutip laman Shine:
1. Tenangkan diri dan tarik nafas

Begitu Anda merasa suhu tubuh Anda naik, katakan kepada diri sendiri, “Saya terganggu, dan harus segera mengalihkan pikiran, lalu segera tarik nafas dalam-dalam,” kata Novaco. Jika Anda merasa emosi makin menggebu, mulai bernafas dalam-dalam untuk menenangkan diri.
Bayangkan nafas masuk dan keluar melalui jantung Anda sambil berpikir tentang sesuatu dalam hidup Anda dengan penghargaan. Debora Rozman, psikolog California dan penulis buku ‘Transforming Stress: The HeartMath Solution for Relieving Worry, Fatigue, and Tension’ yang telah diuji melalui pendekatan klinis menyatakan, dengan menenangkan diri dan menarik nafas, emosi Anda akan kembali stabil.
2. Lakukan relaksasi

Setiap orang memiliki ambang kemarahan yang unik didasarkan pada bahan kimia seperti serotonin. Menurut Emil Coccaro, ketua departemen psikiatri di Universitas Chicago, tingkat amarah seseorang sering tergantung pada jenis hari, gairah Anda pun akan bervariasi, dan ketika itu tinggi, lebih mudah untuk meledakkan amarah.
Olahraga teratur dan praktik relaksasi dapat membantu Anda menurunkan tingkat gairah. Jika rajin beraktivitas olahraga dan relaksasi, Anda akan lebih kebal terhadap ucapan kasar dan aggravations sehari-hari lainnya.
3. Berikan catatan pada diri sendiri
Caranya adalah dengan menanyakan pada diri sendiri, apakah ini benar-benar penting? Apakah Anda akan marah hanya karena masalah sepele? Kadang-kadang, mungkin kita bisa melihat bagaimana cara orang lain bereaksi dan kehilangan kesabaran hanya karena masalah kecil, misalnya berdebat.
Hanya karena masalah sepele, seperti bersenggolan tanpa sengaja, atau seorang ibu menjerit hanya karena anaknya menumpahkan sirup di lantai, dan lain sebagainya.
Apakah Anda juga akan melibatkan emosi hanya karena masalah remeh-temeh seperti itu? Steven Stosny, seorang spesialis pengendali marah dari Maryland menyatakan segera setelah keinginan marah timbul, putar pikiran Anda untuk memikirkan hal-hal positif.
4. Pikirkan sesuatu yang lucu

Jika emosi terasa sulit untuk dikendalikan, cobalah untuk memikirkan hal-hal lucu. Atau ingat-ingat kembali momen-momen lucu yang pernah terjadi dalam hidup Anda.
5. Kosongkan pikiran Anda

Pada saat tingkat emosi meninggi, akan lebih baik menjauh dari masalah sejenak untuk menenangkan diri. Kosongkan pikiran, bisa dilakukan sambil mengunyah makanan seperti cokelat. Sebuah riset yang dilakukan Molly Crockett, psikolog dari Universitas Cambridge, menemukan hubungan antara homon serotonin dan reaksi marah seseorang.
Jadi, jangan biarkan perut Anda menjadi kosong saat emosi menggebu. Makanan merupakan penyumbang dalam menghasilkan hormon serotonin dalam otak. Hormon ini berperan dalam mengendalikan mood seseorang. Ini menjelaskan kenapa saat berpuasa emosi kita lebih gampang tersulut tinggi.





Bukti Cinta Kepada nabi



Download


Alhamdulilah Allah telah mengaruniakan kepada kita seorang Nabi dan Rasul Muhammad  sebagai rahmat bagi alam semesta. Allah berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. al-Anbiya; 107). Beliau adalah seorang Nabi yang sangat kasih sayang. Pembaca sahabat +mia maryati  yang budiman… Bila Anda ditanya, “Cintakah Anda kepada beliau?” “Tentu saja,” inilah jawaban yang tentunya akan Anda sampaikan. Namun, sudah benarkah kecintaan Anda kepada- Nya? Inilah pertanyaan yang mudah-mudahan akan terjawab melalui tulisan ini. Pembaca sahabat +mia maryati  yang budiman… Bukti cinta seseorang kepada Nabi  memiliki tanda-tanda. Di antara tanda-tanda tersebut yaitu,

Pertama
mengikuti Sunnah dan berpegang teguh dengan petunjuknya.
Allah berfirman, yang artinya, قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran: 31). Al-Hafizh Ibnu Katsir  tatkala menafsirkan ayat ini mengatakan,ayat yang mulia ini merupakan pemutus bagi orang yang mengaku cinta kepada Allah sedang ia berada di luar jalan Muhammad n, maka sesungguhnya ia seorang pendusta dalam pengakuannya tersebut hingga ia mengikuti syariat Muhammad n dan agamanya baik dalam perkataan maupun perbuatan. Hal ini telah disebutkan dalam hadits Shahih, bahwa Rasulullah n bersabda, مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak ada perintah kami, maka tertolak.” (Muttafaq ‘alaih) Oleh karena itu, Allah k berfirman, yang artinya, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku.” (QS. Ali Imran: 31) (Tafsir al-Qur’an al ‘Azhim, Ibnu Katsir v)

  Kedua
Banyak menyebut namanya dan ingin melihatnya. مِنْ أَشَدِّ أُمَّتِي لِي حُبًّا نَاسٌ يَكُونُونَ بَعْدِي يَوَدُّ أَحَدُهُمْ لَوْ رَآنِي بِأَهْلِهِ وَمَالِه “Di antara umatku yang paling cinta kepadaku adalah orang-orang yang hidup sesudahku, yang salah seorang di antara mereka ingin melihatku walau harus mengorbankan keluarga dan harta benda.” (HR. Muslim) Banyak menyebut manaqib (kisah hidup) dan kepribadian beliau yang mulia, menjalankan sunnah-sunnahnya yang agung, dan banyak bershalawat kepadanya. Ibnu al-Qayyim di dalam kitabnya, “Jalaul Afham” berkata, “Setiap kali seorang hamba banyak menyebut nama yang dicintainya dan menghadirkan kebaikan-kebaikannya di dalam hati; mengingat sisi-sisi positifnya, niscaya akan bertambahlah kecintaannya kepada yang dicintainya tersebut dan akan menambah pula kerinduannya untuk berjumpa de- ngannya. Ini semua akan menguasai semua relung hatinya.”

  Ketiga
Mempelajari dan mengamalkan al-Qur’an serta adab-adabnya.
Imam al-Baihaqi meriwayatkan di dalam kitabnya, “al-Adab”, dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata,
لاَ يَسأَلُ أَحَدٌ عَن نَفسِهِ إِلاَّ القُرآنُ، فَإِن كَانَ يُحِبُ القُرآنَ فَهُوَ يُحِبُ اللَّهَ وَرَسُولَه “Hendaknya seseorang tidak bertanya tentang dirinya kecuali (tentang kedudukan) al-Qur’an(di hatinya). Jika ia mencintai al-Qur’an, maka ia akan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.”

  Keempat
Cinta kepada orang yang mencintai beliau n dan membenci orang yang membencinya.
Rasulullah n bersabda,
مَنْ أَحَبَّ عَلِيًّا فَقَدْ أَحَبَّنِي وَمَنْ أَبْغَضَ عَلِيًّا فَقَدْ أَبْغَضَنِي “Barangsiapa mencintai Ali, sungguh ia telah mencintaiku, dan barangsiapa membenci Ali sungguh ia telah membenciku” (HR. al-Hakim) Dalam hadits yang lain Rasulullah n bersabda, < مَنْ أَحَبَّهُمَا فَقَدْ أَحَبَّنِي، وَمَنْ أَبْغَضَهُمَا فَقَدْ أَبْغَضَنِي “Barangsiapa mencintai keduanya(yakni: al Hasan dan al Husain, cucu Nabi n-pen), sungguh ia telah mencintaiku. Dan barangsiapa membenci keduanya, sungguh ia telah membenciku” (HR.Ahmad) Rasulullah n bersabda, مَنْ أَحَبَّنِى فَلْيُحِبَّ أُسَامَةَ “Barangsiapa mencintaiku, maka hendaklah ia mencintai Usamah” (HR.Muslim) Mencintai sahabat, keluarga beliau dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik dari kalangan ulama, ahli ibadah, orang-orang yang zuhud, dermawan, maupun orang-orang yang baik, ini semua merupakan suatu bentuk kecintaan terhadap orang yang mencintai beliau n. Demikian pula mencintai amal, adab, muamalah dan semua perbuatan yang dicintai beliau n. Demikian pula, membenci orang-orang yang buruk dan perbuatan-perbuatan buruk yang mereka lakukan. karena hal itu termasuk yang dibenci beliau n.

  Kelima
Tidak ghuluw(berlebih-lebihan) dalam mencintai dan mengangkat beliau di atas kedudukan yang semestinya yang telah diberikan Allah k.
Anas (bin Malik-pen) meriwayatkan bahwa sekelompok orang pernah mengatakan, “Wahai Rasulullah, wahai orang terbaik dikalangan kami, anak orang terbaik di kalangan kami, sayyid kami, dan anak sayyid kami.” (mendengar ungkapan ini) maka beliau n bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ، قُولُوا بِقَوْلِكُمْ وَلَا يَسْتَهْوِيَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ، أَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، وَرَسُولُ اللهِ، وَاللهِ، مَا أُحِبُّ أَنْ تَرْفَعُونِي فَوْقَ مَا رَفَعَنِي اللهُ “Wahai manusia, hati-hatilah dari ucapan kalian, dan janganlah kalian diperdayakan oleh setan! Saya adalah Muhammad, hamba dan utusan-Nya. Demi Allah, aku tidak suka kalian mengangkatku di atas kedudukanku yang telah Allah berikan kepadaku.” (HR. Ahmad)

  Keenam
Menghindarkan diri dari bid’ah dan mengikuti hawa nafsu.
Abdullah bin Mas’ud z berkata,
اتَّبِعُوا وَلاَ تَبْتَدِعُوا فَقَدْ كُفِيتُمْ “Berittiba’lah (ikutilah Rasulullah n -red) kalian dan jangan melakukan kebid’ahan, karena sesungguhnya kalian telah dicukupkan” (HR.ad-Darimiy) Beliau z juga berkata,
الإِقْتِصَادُ فِي السُنَّةِ خَيرٌ مِنَ الإِجتِهَادِ فِي البِدعَةِ “Sederhana dalam melakukan sunnah lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam melaksanakan bid’ah” (HR. al-Hakim di dalam al-Mustadrak)

Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan orang yang mengikuti beliau , orang-orang yang beriman kepadanya dan orang-orang yang benar kecintaan kepadanya . Semoga pula Allah l menghidupkan kita di atas sunnahnya dan mematikan kita di atasnya pula. Semoga pula Allah mengumpulkan kita di bawah benderanya pada hari kiamat nanti. Semoga Allah mengaruniakan syafa’at beliau kepada kita. Semoga Allah mengampuni kesalahan kita. Sesungguhnya Dia Maha mendengar doa, Dzat yang layak diharapkan. Cukuplah Dia menjadi Penolong kita dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi kita Muhammad , keluarga dan para sahabat beliau.