Friday, 26 February 2016

Durasi Berpuasa di Beberapa Negara | Mulai dari Yang Terlama Hingga Paling Sebentar Friday, 26 February 2016


Bumi Berotasi dan Berevolusi membuat beberapa daerah di beberapa bagian bumi mengalami perbedaan waktu, Sumbu Bumi ketika berputar juga tidak selalu tetap arahnya, tetapi memiliki kemiringan yang berubah-ubah dari tegak (kemiringan nol), sampai kemiringan 23,45o. Perubahan kemiringan sumbu putar Bumi inilah yang menyebabkan adanya perubahan musim di permu­kaan Bumi. Berikut Negara Dengan Durasi Puasa Terpanjang Hingga Terpendek di DUNIA !!

1. Rusia
Rusia sepertinya menjadi negara paling berat saat kamu menjalani puasa Ramadan. Bayangkan saja, umat Muslim di Provideniya sudah harus menyelesaikan makan sahur pada pukul 01.46 dini hari dan baru boleh berbuka saat adzan magrib berkumandang di pukul 21.43 malam. Bisa membayangkan?
Durasi Puasa : 19 Jam 57 Menit

2. Inggris
Ingin bisa berpuasa Ramadan di negeri Harry Potter? Maka setidaknya kamu harus kuat menahan lapar dan haus selama lebih dari 15 jam. Bayangkan saja, muslim di London mendengar tanda imsak pada pukul 02.45 dini hari dan baru boleh berbuka pada pukul 20.50 malam. Semoga saja tak saat musim panas ya.
Durasi Puasa : 18 Jam 5 Menit

3. Amerika Serikat
Saat kamu harus berpuasa di kota super megapolitan New York, maka kamu memang harus lebih kuat menahan hawa nafsu termasuk lapar dan haus. Menjadi imigran di Amerika Serikat saat bulan suci Ramadan maka puasa dimulai imsak saat pukul 04.25 dan baru akan berbuka pada pukul 20.12 malam. Hmm, itu sudah selesai salat tarawih di Indonesia ya.
Durasi Puasa : 15 Jam 47 Menit

4. Jepang
Tinggal di Tokyo menyenangkan karena dipenuhi berbagai Gadget dan alat transportasi super canggih? Memang, namun bagaimana jika kamu ada di sana saat menjalani puasa Ramadan? Muslim di Jepang disebutkan memulai puasa saat imsak pukul 03.11 dan baru akan berbuka pukul 18.47 nanti.
Durasi Puasa : 15 jam 36 Menit

5. Arab Saudi
Kalau kamu memilih melakukan ibadah umroh saat bulan suci Ramadan. maka kamu harus bersiap-siap untuk melakukan puasa lebih panjang dari yang biasa kamu lakukan di Indonesia. Karena Mekkah memulai imsak pada pukul 04.31 dan baru berbuka pada 19.01 malam.
Durasi Puasa : 14 Jam 30 Menit

6. Indonesia
Nah ini adalah puasa yang paling wajar dijalani Orang Indonesia. Jika dirata-rata kebanyakan Orang Indonesia akan menemui imsak pada pukul 04.52 dan berbuka puasa pada 17.55 sore (mengambil contoh Jakarta). Maka itu berarti kamu setengah hari menahan hawa nafsu termasuk lapar dan haus, hebat!
Duras Puasai : 13 Jam 3 Menit

7. Australia Barat
Kalau merasa ingin mencoba puasa di negara tetangga namun tak jauh dari Indonesia, Austraia adalah pilihan yang cukup tepat. Menjalani puasa Ramadan di Perth dan kawasan Australia Barat, maka kamu akan menemui imsak pukul 05.42 dan siap untuk berbuka pada 17.41 petang.
Durasi Puasa : 11 Jam 59 Menit

8. Antartika
Jika selama ini kamu berpikir kalau berpuasa di Tempat dingin itu menyenangkan, sepertinya kamu bisa pergi ke Casey Station, salah satu kawasan terbesar di benua salju abadi Antartika. Di Antartika, imsak dimulai pukul 06.30 dan berbuka pada pukul 15.48 sore. Satu pesan, bawa pakaian dingin yang banyak ya!
Durasi Puasa : 9 jam 18 Menit

Pertanyaan: Kenapa durasi puasa di setiap negara bisa berbeda-beda?

Jawaban: Miringnya sumbu rotasi bumi ini menyebabkan beberapa daerah di bumi khususnya daerah-daerah yang berada di belahan bumi utara dan selatan (> 23,5° lintang) mengalami empat musim. Empat musim itu antara lain musim panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi. Musim panas di belahan bumi utara terjadi karena posisi miringnya sumbu rotasi bumi menyebabkan sinar matahari lebih lama bersinar. Musim Dingin belahan bumi selatan mengakibatkan matahari bersinar lebih singkat dan malam yang lebih panjang.




Pemberlakuan khusus untuk daerah yang memang memiliki malam dan siang yang panjang, kita ambil khusus kutub utara yang mempunyai lintang 0 derajat, yang mempunyai malam hampir 24jam dan siang 24jam, maka kamu bisa mengambil waktu di daerah terdekat kamu, misalkan kamu mengambil waktu berpuasa daerah rusia, atau madinah pun tidak apa2. yang dimana perberlakuan khusus hanya untuk daerah yang mempunyai lintang 0 derajat.

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah : 183).

"Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam." (QS. Al-Baqarah : 187)

Intinya, berpuasalah sebelum terbitnya matahari dan berbuka lah (buka puasa) saat matahari terbenam. Jadi tinggal diliat aja, negara tersebut terbitnya matahari jam brp, trus terbenamnya matahari jam brp. Emang paling enak di negara kita, tidak memiliki banyak musim. Sehingga terbitnya matahari dan terbenamnya matahari jelas tidak berubah (berubah pun cuman selisih beberapa menit saja)
dari http://www.lampuislam.blogspot.com/

Tagg Label

Cara menentukan awal Bulan ramadhan


Sebentar lagi bulan Ramadhan yang penuh berkah akan tiba, semoga Allah memberi kita kesempatan untuk menemuinya dan semoga Allah menolong kita agar bisa memanfaatkan bulan yang mulia ini untuk menjadi hamba-Nya yang bertaqwa.
Saudariku, terkait dengan datangnya bulan Ramadhan, Islam telah memberikan panduan mengenai bagaimana cara menentukan awal bulan Ramadhan, yang ketika itu dimulailah puasa Ramadhan dan hukum-hukum yang terkait dengannya. Simak pembahasan berikut..

Dua cara menentukan awal Ramadhan

Syariat telah menetapkan bahwa untuk menentukan awal dan akhir bulan Ramadhan itu dengan 2 cara:
  1. Ru’yatul hilal (melihat hilal dengan mata). Hilal adalah fase paling awal dari kemunculan bulan. Oleh karena itu hilal berupa garis tipis yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Namun para ulama membolehkan menggunakan teropong atau alat bantu lainnya untuk membantu melihat keberadaan hilal.
  2. Jika hilal tidak nampak, bulan sya’ban digenapkan menjadi 30 hari.
Ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam :
صوموا لرؤيَتِهِ وأفطِروا لرؤيتِهِ ، فإنْ غبِّيَ عليكم فأكملوا عدةَ شعبانَ ثلاثينَ
Berpuasalah karena melihatnya (hilal), berbukalah karena melihatnya (hilal), jika penglihatan kalian terhalang maka sempurnakan bulan Sya’ban jadi 30 hari” (HR. Bukhari 1909, Muslim 1081)
Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
لا تصوموا حتى تروه، ولا تفطروا حتى تروه
Janganlah berpuasa sampai engkau melihat hilal, janganlah berlebaran hingga engkau melihat hilal” (HR. Muslim 1080)
Para ulama telah ber-ijma‘ bahwa dua metode ini lah yang dipakai, dan mereka tidak pernah memperselisihkan lagi. Atau dengan kata lain, ini bukanlah perkara khilafiyah di kalangan para ulama, walaupun banyak disangka sebagai perkara khilafiyah oleh orang-orang awam. Ibnu Hajar Al Asqalani dalam kitab beliau, Fathul Baari (4/123), mengatakan:
وقال ابن الصباغ أما بالحساب فلا يلزمه بلا خلاف بين أصحابنا قلت ونقل بن المنذر قبله الإجماع على ذلك فقال في الأشراف صوم يوم الثلاثين من شعبان إذا لم ير الهلال مع الصحو لا يجب بإجماع الأمة
“Ibnu As Sabbagh berkata: ‘Adapun metode hisab, tidak ada ulama mazhab kami (Maliki) yang membolehkannya tanpa adanya perselisihan‘. Sebelum beliau, juga telah dinukil dari Ibnul Mundzir dalam Al Asyraf: ‘Puasa di hari ketiga puluh bulan Sya’ban tidaklah wajib jika hilal belum terlihat ketika cuaca cerah, menurut ijma para ulama‘”
Syaikh Abdul ‘Aziz Ar Rays hafizhahullah menyatakan: “orang-orang membuat metode baru dalam masalah ini, yang tidak diinginkan oleh Allah dan Rasul-Nya, yaitu menjadikan hisab falaki (perhitungan astronomis) sebagai acuan untuk menentukan awal bulan Ramadhan. Penggunaan metode ini dalam hal menentukan 1 Ramadhan adalah metode yang baru yang bid’ah dan haram hukumnya, disebabkan beberapa hal di bawah ini:
Pertama, metode ini bertentangan dengan banyak nash yang membahas tentang cara menentukan masuknya Ramadhan, yaitu dengan salah satu dari dua cara di atas
Kedua, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, para sahabat beliau dan para tabi’in, tidak pernah menggunakan metode ini padahal ilmu hisab falaki sudah ada di masa mereka. Kaidah mengatakan, setiap sarana yang mampu dimanfaatkan oleh Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam namun mereka tidak memanfaatkannya, maka hukum memanfaatkan sarana tersebut di zaman ini adalah bid’ah. Sebagaimana sudah dijelaskan oleh Syaikhul Islam di kitabnya, Iqtidha Shiratil Mustaqim.
Ketiga, para ulama telah ber-ijma‘ untuk tidak menggunakan metode hisab falaki dalam menentukan awal bulan Ramadhan. Sebagaimana yang dikatakan Ibnul Mundzir dan Ibnu As Sabbagh yang disebut oleh Ibnu Hajar di atas, juga Ibnu ‘Abdil Barr, Abul Walid Al Baaji dan Ibnu Taimiyah” (dikutip dari http://www.al-sunna.net/articles/file.php?id=5904).
Oleh karena itu saudariku, dalil sudah shahih dan jelas, ulama pun sudah ijma‘, maka hendaknya dalam masalah ini kita singkirkan fanatisme kelompok dan opini-opini dan pasrah untuk menerima dalil.

Mengikuti pemerintah dalam penentuan awal Ramadhan

Saudariku, Islam adalah agama yang mengajarkan untuk bersatu dan tidak berpecah belah, maka Islam pun memerintahkan untuk taat pada pemerintah selama mereka Muslim dan bukan dalam perkara maksiat. Demikian juga dalam penentuan awal Ramadhan, dengan taat pada keputusan pemerintah, akan dicapai persatuan dalam hal ini. Dan sikap inilah yang ditunjukkan oleh dalil-dalil.
Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
الصَّوْمُ يَوْمَ تَصُومُونَ وَالْفِطْرُ يَوْمَ تُفْطِرُونَ وَالْأَضْحَى يَوْمَ تُضَحُّونَ
Hari puasa adalah hari ketika orang-orang berpuasa, Idul Fitri adalah hari ketika orang-orang berbuka, dan Idul Adha adalah hari ketika orang-orang menyembelih‘” (HR. Tirmidzi 632, Syaikh Al Albani berkata: “Sanad hadits ini jayyid” dalam Silsilah Ahadits Shahihah, 1/440).
Dalam lafadz yang lain:
صَوْمُكُمْ يَوْمَ تَصُومُونَ , وَفِطْرُكُمْ يَوْمَ تُفْطِرُونَ
Kalian berpuasa ketika kalian semuanya berpuasa, dan kalian berbuka ketika kalian semua berbuka
At Tirmidzi setelah membawakan hadits ini ia berkata: “Hadits ini hasan gharib, sebagian ulama menafsirkan hadits ini, mereka berkata bahwa maknanya adalah puasa dan berlebaran itu bersama Al Jama’ah dan mayoritas manusia”.
As Sindi menjelaskan, “Nampak dari hadits ini bahwa urusan waktu puasa, lebaran dan idul adha, bukanlah urusan masing-masing individu, dan tidak boleh bersendiri dalam hal ini. Namun ini adalah urusan imam (pemerintah) dan al jama’ah. Oleh karena itu wajib bagi setiap orang untuk tunduk kepada imam dan al jama’ah dalam urusan ini. Dari hadits ini juga, jika seseorang melihat hilal namun imam menolak persaksiannya, maka hendaknya orang itu tidak menetapkan sesuatu bagi dirinya sendiri, melainkan ia hendaknya mengikuti al jama’ah” (Hasyiah As Sindi, 1/509).
Hal ini juga sebagaimana yang dipraktekan di zaman Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dimana beliau berlaku sebagai kepala pemerintah. Sahabat Ibnu Umar radhiallahu’anhu berkata:
تَرَائِى النَّاسُ الْهِلَالَ، فَأَخْبَرْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنِّي رَأَيْتُهُ فَصَامَهُ، وَأَمَرَ النَّاسَ بِصِيَامِهِ
Orang-orang melihat hilal, maka aku kabarkan kepada Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bahwa aku melihatnya. Lalu beliau memerintahkan orang-orang untuk berpuasa” (HR. Abu Daud no. 2342, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud)
Hadits Ibnu Umar di atas menunjukkan bahwa urusan penetapan puasa diserahkan kepada pemerintah bukan diserahkan kepada masing-masing individu atau kelompok masyarakat.
Hal ini juga dalam rangka mengikuti firman Allah Ta’ala :
أطِيعُوا الله وأطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولى الأمْرِ مِنْكُمْ
Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul-Nya serta ulil amri kalian” (QS. An Nisa: 59)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:
اسمعوا وأطيعوا فإنما عليكم ما حملتم وعليهم ما حملوا
Dengar dan taatlah (kepada penguasa). Karena yang jadi tanggungan kalian adalah yang wajib bagi kalian, dan yang jadi tanggungan mereka ada yang wajib bagi mereka” (HR. Muslim 1846)
Oleh karena itu saudariku, hendaknya demikian yang kita amalkan, yaitu taat pada keputusan pemerintah dalam penentuan awal bulan Ramadhan. Walhamdulillah, negeri kita penguasanya Muslim dan juga selalu menggunakan ru’yatul hilal dalam menentukan awal Ramadhan. Dengan demikian amalan kita sesuai dengan dalil-dalil syar’i dan juga terwujudlah persatuan ummat. Utamakanlah persatuan ummat daripada pendapat-pendapat individu dan golongan.
Demikian bahasan yang singkat ini, semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan hidayah kepada kita semua sehingga bisa menjadi hamba-hamba-Nya yang mendapatkan ridha-Nya.
Wabillahit Taufiq Wa Sadaad..
dari http://www.organisasi.org/

Tagg Label

Perempuan Bercadar

Perempuan Bercadar

Ada seorang lelaki yang berwajah tampan yang ketampanannya telah diakui di seantero negeri dan telah menjuarai hampir semua lomba yang mengedepankan ketampanan, selain itu lelaki itupun kaya raya karena itu ia pun menjadi angkuh dan sombong karena merasa dirinya hebat dan bisa mendapatkan segala sesuatu yang di inginkannya.

Suatu ketika sang lelaki tersebut ingin mencari wanita yang akan dijadikan pasangannya sebagai kekasihnya, sang pria mengajukan syarat bahwa wanita tersebut harus membuat dia penasaran.
Akhirnya dia pun membuat pengumuman dengan berbagai cara mulai dari iklan di koran, radio, televisi, sampai baliho besar-besar dipasang bahkan di dunia mayapun dipostingkan niatnya itu tentu saja termasuk di Kompasiana  ini.

Banyak sudah wanita baik yang masih gadis sampai yang sudah berumur dari berbagai latar belakang kehidupan mencoba peruntungan mereka tetapi semuanya harus pulang dengan kecewa karena tidak ada satu pun yang diterima entah apa gerangan yang dicari sang lelaki.
Suatu saat di pagi hari yang cerah tepatnya hari ke sebelas di bulan ke tujuh datanglah seorang perempuan untuk mencoba menjadi kekasih sang lelaki tampan dan kaya tersebut. Perempuan tersebut Bercadar…….
Sang lelaki heran melihat perempuan bercadar tersebut, dia bertanya-tanya bagaimanakah bentuk wajah yang tersembunyi di balik cadar itu….
Sang lelaki meminta untuk membuka cadar dan sang perempuan berkata, tidak akan membuka cadarnya dengan alasan apapun kecuali setelah 6 bulan kalo dia diterima.
Tergelitik akan rasa penasaran dan nurani yang terusik akan keputusan apa yang harus diambil karena di satu sisi lelaki ini ingin mengetahui apa yang terjadi di bali cadar tetapi di sisi lain dia tidak mau mengambil resiko menjalani hari-hari hidup sebagai pasangan kekasih dengan orang yang tidak jelas seperti ini.


Sang perempuan pun memohon dan meminta dengan sangat agar diberi kesempatan untuk bisa membuktikan bahwa dia bisa jadi pasangan si lelaki…..setiap saat baik langsung ataupun via sms dan telepon si perempuan selalu berharap, meminta dan memohon.
Akhirnya rasa penasaran dan kasihan melihat perempuan ini memenangi pertarungan batin si lelaki , dengan sangat berat hati dan sungguh terpaksa cuma karena ego dan rasa ingin memuaskan keingintahuannya maka dengan ogah-ogahan diterimalah si perempuan ini.
Sang lelaki berkata karena kamu sudah memohon-mohon dan meminta-minta maka aku terima dengan berat hati.

Perempuan bercadar menjadi kekasih sang lelaki mulai hari ini sampai enam bulan ke depan.
Akhirnya sang lelaki menjalani hari-hari hidupnya bersama perempuan bercadar tersebut, setiap kemana-mana dia selalu merasa malu karena melihat pandangan orang yang seolah-olah bertanya tanya mengapa pria setampan itu berjalan dengan perempuan yang memakai cadar? Apakah yang terjadi? Malukah perempuan itu dstnya.

Lelaki itu jelas menunjukan keengganannya bersama si perempuan apalagi di area publik tetapi sang perempuan setiap kesempatan bersama selalu menunjukan perhatiannya sebagai seorang kekasih walaupun selalu tidak dianggap.
Hari demi hari berlalu dengan rutinitas yang sama, sang pria merasa waktunya sangat lama berlalu menuju bulan ke enam sehingga dia segera dapat memuaskan rasa penasarnnya melihat wajah di balik cadar.
Sang perempuan tetap setia, baik menunjukan perhatian.
Akhirnya batas waktupun selesai, hari terakhirpun tiba.
Sang lelaki berkata akhirnya aku bisa bebas dari kamu, perempuan bercadar berkata enam bulan aku sudah berusaha untuk menjadi kekasihmu dengan melakukan yang terbaik tetapi engkau tidak pernah menghargainya, terima kasih sudah memberi kesempatan untuk menjadi pasanganmu, maafkan karena aku tidak seperti yang kau harapkan.


Di hari ini lanjut sang perempuan, seperti janjiku aku akan membuka cadarku.
Dan persis dihadapan sang lelaki, perempuan bercadar membuka cadarnya………
(Suasana sunyi senyap…keheningan terjadi beberapa waktu lamanya )
(Sang lelaki terperangah, terkejut, bengong seolah tak mempercayainya)
Apakah yang terjadi????

Di balik cadar sang perempuan ……di balik topeng-topeng kehidupan yang selama ini diperankan maka inilah deskripsi sang Perempuan bercadar :
“Wanita berkulit putih yang sangat mulus, dengan tinggi 169 dan berat badan 55, ukuran-ukuran yang sangat proposional, berwajah sangat cantik dan manis dengan senyuman yang sungguh menawan dengan rambut hitam bergelombang yang sangat indah, seolah-olah wajah dan tubuh yang diciptakan tanpa cela”
Sang perempuan berkata engkau sudah menepati janjimu enam bulan bersamaku dan aku sudah menepati janjiku membuka cadar ini.sekarang urusan kita selesai, aku mau pergi, selamat tinggal.
Sesaat sang lelaki terperangah dan mulai bermohon, meminta dan berharap agar si perempuan tak meninggalkan dirinya…..berhari hari…berkali-kali sang lelaki meminta, memohon dan berharap.
Sang Wanita berdiam……..menatap……tersenyum dan……
sumber:http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2012/03/27/perempuan-bercadar/#



Kenapa Wanita Tidak Dibolehkan Menikahi Lebih dari Satu Pria (Poliandri) dalam Islam?


Pertanyaan: 

Jika seorang pria diperbolehkan untuk memiliki lebih dari satu istri, lalu mengapa Islam melarang seorang wanita memiliki lebih dari satu suami?

Jawaban:


Banyak orang, termasuk sebagian Muslim, mempertanyakan logika yang membolehkan seorang pria Muslim untuk memiliki lebih dari satu istri sementara melarang wanita memiliki lebih dari satu suami.


Pertama, saya ingin menjelaskan bahwa fondasi masyarakat sesuai ajaran Islam adalah masyarakat yang adil dan setara. Allah telah menciptakan laki-laki dan perempuan dalam kesetaraan, tetapi dengan kemampuan dan tanggung jawab yang berbeda. Pria dan wanita berbeda secara fisiologis dan psikologis. Peran dan tanggung jawab keduanya berbeda. Pria dan wanita setara dalam Islam, tetapi ada hal-hal yang menjadi pembeda di antara keduanya.

Surah Nisa[4] ayat 22 hingga 24 menjelaskan siapa saja wanita yang tidak bisa Anda nikahi. Lebih jauh, disebutkan dalam Surah Nisa'[4] ayat 24 "dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami."

Poin-poin berikut menjelaskan mengapa poliandri (seorang wanita memiliki lebih dari satu suami) dilarang dalam Islam:

1. Jika seorang pria memiliki lebih dari satu istri, orangtua dari anak yang lahir dari perkawinan tersebut dapat dengan mudah diidentifikasi. Siapa ayah dan ibunya dapat dengan mudah diidentifikasi. Namun dalam kasus seorang wanita menikahi lebih dari satu suami, hanya ibu dari anak yang lahir dari perkawinan tersebut dapat diidentifikasi, sedangkan ayahnya tidak. Islam sangat memperhatikan identifikasi kedua orangtua, ibu dan ayah. Para psikolog mengatakan bahwa anak-anak yang tidak tahu siapa orangtua mereka, terutama ayah mereka, mengalami trauma mental yang berat dan gangguan kejiwaan. Seringkali mereka memiliki masa kecil yang tidak bahagia. Karena inilah anak-anak dari wanita tuna susila tidak memiliki masa kecil yang sehat. Jika seorang anak yang lahir dari perkawinan tersebut diterima di sekolah, dan ketika sang guru menanyakan nama ayahnya, dia harus menyebutkan dua atau lebih nama! Saya sadar bahwa perkembangan terbaru dalam ilmu pengetahuan telah membuat kita dapat mengidentifikasi siapa ibu dan ayahnya dengan bantuan pengujian genetik. Sehingga argumen yang berlaku untuk masa lalu ini mungkin tidak berlaku untuk zaman sekarang.

2. Secara alami, pria lebih menyukai poligami dibandingkan dengan wanita.

3. Secara biologis, lebih mudah bagi seorang pria untuk melakukan tugasnya sebagai suami meskipun memiliki beberapa istri. Seorang wanita, dalam posisi yang sama, jika dia memiliki beberapa suami, tidak akan mungkin untuk melakukan tugasnya sebagai seorang istri. Hal ini dikarenakan seorang wanita mengalami beberapa perubahan psikologis dan perilaku karena fase-fase dari siklus menstruasi.

4. Seorang wanita yang memiliki lebih dari satu suami otomatis mempunyai lebih dari satu pasangan seksual pada saat bersamaan dan memiliki kesempatan tinggi tertular penyakit kelamin. Penyakit kelamin tersebut juga dapat menular kembali kepada suami-suaminya yang lain meskipun jika suami-suaminya itu tidak berhubungan seks di luar nikah. Sebaliknya, risiko ini tidak ada pada seorang pria yang memiliki lebih dari satu istri, dimana tidak satupun dari mereka berhubungan seks di luar nikah. 


Alasan-alasan di atas adalah bahaya poliandri yang dapat kita ketahui. Mungkin ada banyak alasan lainnya mengapa Allah, dalam Hikmah-Nya yang Tak Terbatas, melarang poliandri.
dari http://www.lampuislam.blogspot.com/



Salat Tasbih

Cara sholat tasbih, sebenarnya sama prakteknya dengan mengerjakan sholat sunat pada umumnya. Yang jadi perbedaan bisa dilihat dari nama sholatnya itu sendiri yaitu pembacaan lafadz tasbih pada bagian-bagian tertentu dalam sholat yang jumlahnya mencapai 300 kali.

Hukum sholat  tasbih
Mayoritas ulama fiqih dari mazhab Syafi'i menyatakan bahwa shalat tasbih ini sunat dikerjakan. Sedangkan mazhab lain ada yang berpendapat bahwa hukumnya sampai derajat boleh dan tidak sunat dengan alasan haditnya dhaif.
BACA JUGA : Luar Biasa Ayat Pengasihan Agar Wajah BerseriManfaat Ayat Seribu Dinar
Waktu dan jumlah rakaat
Tidak ada ketentuan khusus kapan dan sebab shalat tasbih ini dilaksanakan, asalkan tidak dikerjakan pada waktu yang terlarang saja. Waktu yang terlarang melaksanakan shalat sunat adalah setelah shalat ashar dan setelah subuh. Hanya dianjurkan kita bisa melaksanakan shalat tasbih ini minimal satu kali sehari, jika tidak mampu bisa seminggu sekali utamanya pada hari Jumat. Kalau tidak mampu juga, lakukan sebulan sekali saja dan kalau pun tidak mampu, lakukan setahun sekali. Itulah kenapa sebagian para ulama memanfaatkan malam nisfu sya'ban sebagai moment untuk mengingatkan melaksanakan sholat tasbih khususnya pada kaum awam, masa satu tahun sekali saja tidak melaksanakan sholat tasbih pun.

Adapun jumlah rakaat sholat tasbih adalah 4 rakaat. Jika dikerjakan pada malam hari, maka hendaknya dilaksanakan 2 rakaat-2 rakaat. Tapi jika dilaksanakan pada siang hari, lakukanlah 4 rakaat sekaligus dengan satu salam, bisa dengan satu tasyahud atau bisa juga dua tasyahud seperti halnya sholat zhuhur.


Cara Sholat Tasbih





Cara melakukan sholat tasbih
Seperti biasa, setiap melaksanakan sholat harus didahului dengan niat. Untuk niat sholat tasbih, selain niat di dalam hati yang wajib dilakukan, juga sebagian besar ulama fiqih mensunatkannya sambil membaca lafadz niat sholat tasbih. Ini dia lafadz niatnya :

Niat shalat sunat tasbih 2 rakaat :

أصلى سنة التسبيح ركعتين لله تعالى


Ushallii sunnatat tasbiihi rak'ataini lillaahi ta'aalaa.
Niat shalat sunnah tasbih dua rakaat karena Allah.

Niat shalat sunat tasbih 4 rakaat :

أصلى سنة التسبيح اربع ركعات لله تعال


Ushallii sunnatat tasbiihi arba'a raka'aatil lillaahi ta'aalaa.
Niat shalat sunnah tasbih empat rakaat karena Allah.

Selanjutnya setelah takbiratul ihram, langsung membaca iftitah, fatihah,dan surat pendek. Surat pendek yang dibaca dari rakaat 1-4 adalah At Takatsur, Al 'Ashr, Al Kafirun dan Al Ikhlash. Setelah membaca surat pendek sebelum ruku', membaca tasbih terlebih dahulu sebanyak 15 kali. Kemudian ruku' dan membaca dzikir ruku biasanya lalu membaca tasbih 10 kali. Selanjutnya i'tidal serta doanya lalu membaca tasbih 10 kali. Dilanjutkan dengan sujud pertama dan bacaanya lalu membaca tasbih 10 kali. Seterusnya duduk antara dua sujud dan doanya lalu tasbih 10 kali. Lalu sujud ke dua serta doanya lalu membaca tasbih 10 kali. Ketika akan berdiri menuju rakaat ke dua, duduk istirahat dulu dan membaca tasbih 10 kali. Ketika akan berdiri dari duduk istirahat, kita tidak usah membaca takbir lagi, karena tadi sudah dibaca ketika bangkit dari sujud ke dua menuju duduk istirahat. Begitulah seterusnya sampai rakaat ke empat. Kecuali pada rakaat ke empat, tasbih yang terakhir dibaca sebanyak 10 kali pada saat setelah membaca tasyahud sebelum salam. Jadi total tasbih yang dibaca adalah 300 kali.

Bacaan tasbih yang dibaca adalah :

سبحان الله والحمد لله ولا اله إلا الله الله اكبر

Subhaanallaahi wal hamdu lillaahi wa laailaaha illallaahu wallaahu akbar.
Maha suci Allah, segala piji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah dan Allah Maha Besar.

Keutamaan shalat tasbih
Dala sebuah hadits riwayat 'Akramah menyatakan bahwa orang yang melaksanakan 4 rakaat shalat tasbih, maka dia akan diampuni dosanya yang telah lampau dan yang saat ini baik yang disengaja maupun yang tak disengaja, baik dosa yang terlihat maupun dosa yang samar.
dari http://belajar-fiqih.blogspot.com/

Malam Lailatul Qodar

Mengenai pengertian lailatul qadar, para ulama ada beberapa versi pendapat. Ada yang mengatakan bahwa malam lailatul qadr adalah malam kemuliaan. Ada pula yang mengatakan bahwa lailatul qadar adalah malam yang penuh sesak karena ketika itu banyak malaikat turun ke dunia. Ada pula yang mengatakan bahwa malam tersebut adalah malam penetapan takdir. Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa lailatul qadar dinamakan demikian karena pada malam tersebut turun kitab yang mulia, turun rahmat dan turun malaikat yang mulia.[1] Semua makna lailatul qadar yang sudah disebutkan ini adalah benar. 

Keutamaan Lailatul Qadar
Pertama, lailatul qadar adalah malam yang penuh keberkahan (bertambahnya kebaikan). Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ , فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ

Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi. dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan: 3-4). 

Malam yang diberkahi dalam ayat ini adalah malam lailatul qadar sebagaimana ditafsirkan pada surat Al Qadar. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” (QS. Al Qadar: 1)

Keberkahan dan kemuliaan yang dimaksud disebutkan dalam ayat selanjutnya,

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ , تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ , سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْر

Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadar: 3-5). 

Sebagaimana kata Abu Hurairah, malaikat akan turun pada malam lailatul qadar dengan jumlah tak terhingga.[2] Malaikat akan turun membawa kebaikan dan keberkahan sampai terbitnya waktu fajar.[3]

Kedua, lailatul qadar lebih baik dari 1000 bulan. An Nakho’i mengatakan, “Amalan di lailatul qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan.”[4] Mujahid, Qotadah dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan adalah shalat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari shalat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadar.[5]

Ketiga, menghidupkan malam lailatul qadar dengan shalat akan mendapatkan pengampunan dosa. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”[6]

Kapan Lailatul Qadar Terjadi?
Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.”[7]

Terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil itu lebih memungkinkan daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.”[8]

Lalu kapan tanggal pasti lailatul qadar terjadi? Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah telah menyebutkan empat puluhan pendapat ulama dalam masalah ini. Namun pendapat yang paling kuat dari berbagai pendapat yang ada sebagaimana dikatakan oleh beliau adalah lailatul qadar itu terjadi pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan dan waktunya berpindah-pindah dari tahun ke tahun[9]. Mungkin pada tahun tertentu terjadi pada malam kedua puluh tujuh atau mungkin juga pada tahun yang berikutnya terjadi pada malam kedua puluh lima, itu semua tergantung kehendak dan hikmah Allah Ta’ala. Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى تَاسِعَةٍ تَبْقَى ، فِى سَابِعَةٍ تَبْقَى ، فِى خَامِسَةٍ تَبْقَى

Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa.”[10] 

 Para ulama mengatakan bahwa hikmah Allah menyembunyikan pengetahuan tanggal pasti terjadinya lailatul qadar adalah agar orang bersemangat untuk mencarinya. Hal ini berbeda jika lailatul qadar sudah ditentukan tanggal pastinya, justru nanti malah orang-orang akan bermalas-malasan.[11]

Do’a di Malam Qadar
Sangat dianjurkan untuk memperbanyak do’a pada lailatul qadar, lebih-lebih do’a yang dianjurkan oleh suri tauladan kita –Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam- sebagaimana terdapat dalam hadits dari Aisyah. Beliau radhiyallahu ‘anha berkata,

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ « قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

Katakan padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau menjawab,”Katakanlah: ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’ (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku).”[12]

Tanda Malam Qadar
Pertama, udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء

“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan.”[13]

Kedua, malaikat turun dengan membawa ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.

Ketiga, manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat.

Keempat, matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar. Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata,

هِىَ اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا.

Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan Ramadlan). Dan tanda-tandanya ialah, pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa sinar yang menyorot. [14]”[15]

Bagaimana Seorang Muslim Menghidupkan Malam Lailatul Qadar?
Lailatul qadar adalah malam yang penuh berkah. Barangsiapa yang terluput dari lailatul qadar, maka dia telah terluput dari seluruh kebaikan. Sungguh merugi seseorang yang luput dari malam tersebut. Seharusnya setiap muslim mengecamkan baik-baik sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

فِيهِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ

Di bulan Ramadhan ini terdapat lailatul qadar yang lebih baik dari 1000 bulan. Barangsiapa diharamkan dari memperoleh kebaikan di dalamnya, maka dia akan luput dari seluruh kebaikan.”[16]

Oleh karena itu, sudah sepantasnya seorang muslim lebih giat beribadah ketika itu dengan dasar iman dan tamak akan pahala melimpah di sisi Allah. Seharusnya dia dapat mencontoh Nabinya yang giat ibadah pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. ‘Aisyah menceritakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.”[17]

Seharusnya setiap muslim dapat memperbanyak ibadahnya ketika itu, menjauhi istri-istrinya dari berjima’ dan membangunkan keluarga untuk melakukan ketaatan pada malam tersebut. ‘Aisyah mengatakan,

كَانَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau dari berjima’[18]), menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.”[19]

Sufyan Ats Tsauri mengatakan, “Aku sangat senang jika memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan untuk bertahajud di malam hari dan giat ibadah pada malam-malam tersebut.” Sufyan pun mengajak keluarga dan anak-anaknya untuk melaksanakan shalat jika mereka mampu.[20]

Adapun yang dimaksudkan dengan menghidupkan malam lailatul qadar adalah menghidupkan mayoritas malam dengan ibadah dan tidak mesti seluruh malam. Bahkan Imam Asy Syafi’i dalam pendapat yang dulu mengatakan, “Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya’ dan shalat Shubuh di malam qadar, maka ia berarti telah dinilai menghidupkan malam tersebut”.[21] Menghidupkan malam lailatul qadar pun bukan hanya dengan shalat, bisa pula dengan dzikir dan tilawah Al Qur’an.[22] Namun amalan shalat lebih utama dari amalan lainnya di malam lailatul qadar berdasarkan hadits, “Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”[23]

Bagaimana Wanita Haidh Menghidupkan Malam Lailatul Qadar?
Juwaibir pernah mengatakan bahwa dia pernah bertanya pada Adh Dhohak, “Bagaimana pendapatmu dengan wanita nifas, haidh, musafir dan orang yang tidur (namun hatinya dalam keadaan berdzikir), apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari lailatul qadar?” Adh Dhohak pun menjawab, “Iya, mereka tetap bisa mendapatkan bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akan mendapatkan bagian malam tersebut.”[24]

Dari riwayat ini menunjukkan bahwa wanita haidh, nifas dan musafir tetap bisa mendapatkan bagian lailatul qadar. Namun karena wanita haidh dan nifas tidak boleh melaksanakan shalat ketika kondisi seperti itu, maka dia boleh melakukan amalan ketaatan lainnya. Yang dapat wanita haidh lakukan ketika itu adalah,
  1. Membaca Al Qur’an tanpa menyentuh mushaf.[25]
  2. Berdzikir dengan memperbanyak bacaan tasbih (subhanallah), tahlil (laa ilaha illallah), tahmid (alhamdulillah) dan dzikir lainnya.
  3. Memperbanyak istighfar.
  4. Memperbanyak do’a.[26]

Cuplikan dari Buku Panduan Ramadhan


[1] Lihat Zaadul Masiir, 9/182.
[2] Lihat Zaadul Masiir, 9/192.
[3] Lihat Zaadul Masiir, 9/194.
[4] Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 341
[5] Zaadul Masiir, 9/191.
[6] HR. Bukhari no. 1901.
[7] HR. Bukhari no. 2020 dan Muslim no. 1169.
[8] HR. Bukhari no. 2017.
[9] Fathul Bari, 4/262-266.
[10] HR. Bukhari no. 2021.
[11] Fathul Bari, 4/266.
[12] HR. Tirmidzi no. 3513, Ibnu Majah no. 3850, dan Ahmad 6/171. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Adapun tambahan kata “kariim” setelah “Allahumma innaka ‘afuwwun ...” tidak terdapat satu dalam manuskrip pun. Lihat Tarooju’at hal. 39.
[13] HR. Ath Thoyalisi dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman, lihat Jaami’ul Ahadits 18/361. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahihul Jaami’ no. 5475.
[14] HR. Muslim no. 762.
[15] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/149-150.
[16] HR. Ahmad 2/385, dari Abu Hurairah. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih.
[17] HR. Muslim no. 1175.
[18] Inilah pendapat yang dipilih oleh para salaf dan ulama masa silam mengenai maksud hadits tersebut. Lihat Lathoif Al Ma’arif, hal. 332.
[19] HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174.
[20] Latho-if Al Ma’arif, hal. 331.
[21] Lihat Latho-if Al Ma’arif, hal. 329.
[22] ‘Aunul Ma’bud, 4/176.
[23] HR. Bukhari no. 1901.
[24] Latho-if Al Ma’arif, hal. 341
[25] Dalam at Tamhid (17/397), Ibnu Abdil Barr berkata, “Para pakar fiqh dari berbagai kota baik Madinah, Iraq dan Syam tidak berselisih pendapat bahwa mushaf tidaklah boleh disentuh melainkan oleh orang yang suci dalam artian berwudhu. Inilah pendapat Imam Malik, Syafii, Abu Hanifah, Sufyan ats Tsauri, al Auzai, Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahuyah, Abu Tsaur dan Abu Ubaid. Merekalah para pakar fiqh dan hadits di masanya.”
[26] Lihat Fatwa Al Islam Su-al wa Jawab no. 26753.
dari http://lampuislam.blogspot.com/


Tagg Label

Membuka Hati Melalui Zikir

Salah satu cara membuka hati kita adalah melalui zikir. Kalau dari segi bahasa, zikir berasal dari bahasa Arab, yang arti bahasa Indonesianya adalah “ingat.” Mungkin zikir itu seperti anda yang selalu ingat dengan si doi, tidak pernah lepas satu detik pun. Nah, mestinya sih yang seperti itu anda berikan kepada Allah.

Sebenarnya, saya juga tidak sangat tahu soal ini, tapi begini saja. Kita mulai dari ajarannya Abu Hamid Al-Ghazali. Tahu kan, siapa beliau? Kalau belum, cari tahu sendiri ya. Gampang kok, soalnya beliau itu seorang guru sufi yang sudah tenar sekali. Tanya saja ustadz anda, pasti beliau tahu siapa Al-Ghazali.

Menurut beliau, zikir punya empat makna.

Pertama, zikir adalah usaha yang istiqamah alias terus-menerus untuk senantiasa mengingat Allah. Artinya, zikir itu adalah lawan kata “lalai.” Anda selalu ingat dan tidak lalai kepada siapa yang memberi anda hidup, memberi anda napas, memberi anda perasaan, memberi anda pikiran, atau bahkan yang memberi anda nafsu, dan semua yang ada dalam diri anda. Nah, jangan salah, menurut beliau, shalat juga merupakan sebentuk zikir. Sebab, lewat shalat, kita seolah-olah hadir kepada Allah, maka Allah pun akan datang menemui kita.

Kedua, zikir adalah mengulang-ulang ungkapan, do’a atau nama-nama Allah, misalnya “La ilaha ilallah,” atau kata “Allah-Allah” yang diulang-ulang, atau “Ya Hayy” atau “Ya Haqq”, dan sebagainya. Zikir-zikir seperti ini harus dilakukan dengan kesungguhan niat, kesadaran, dan konsentrasi. Cara zikir seperti ini disebut zikir lidah.

Ketiga, zikir itu artinya kondisi batin saat kesadaran anda terhadap Allah memenuhi diri. Anda “putus” perhatian kepada dunia, paling tidak pada saat anda berzikir itu. Ini namanya zikir hati. Zikir seperti ini tampak sulit. Tapi paling tidak, anda harus mulai melatih diri.

Keempat, zikirnya orang yang ada di level batin yang sangat dalam. Tidak berubah, sangat istiqamah. Inilah zikir jiwa yang suci.

Sekarang, cara yang paling mungkin kita kerjakan yang mana? Kalau anda sudah siap, mulailah dengan apa yang selalu anda temui dalam kehidupan sehari-hari. Semua yang anda lihat, dengar, cium, raba dan rasakan oleh mata, telinga, hidung, kulit, dan lidah, sebenarnya memberi kesaksian yang tak terbantahkan tentang Allah. Batu dan bongkahan, tumbuhan dan pohon-pohon, makhluk hidup, langit, bumi, bintang-bintang, daratan dan lautan, api dan udara, semuanya mengingatkan indra-indra anda akan kebesaran-Nya. Semuanya bisa anda jadikan alat untuk berzikir.

Ada seorang syaikh di Istanbul, Sunbul Effendi namanya. Karena sudah mulai tua, dia berniat mencari pengganti untuk dirinya. Dia menguji murid-muridnya dengan cara menyuruh mereka mencari bunga untuk menghias pondok. Semua muridnya berhasil melaksanakan ujian itu. Mereka kembali sambil membawa bunga-bunga yang besar dan indah. Tapi, salah seorang dari mereka tidak mendapat apa-apa, kecuali bunga kecil dan sudah layu. Saat ditanya kenapa dia tidak mendapatkan yang bagus, dia menjawab, “Aku lihat, semua bunga sedang sibuk berzikir kepada Allah. Aku ingin membiarkan mereka. Aku tidak mau memotong ibadah mereka yang istiqamah itu. Lalu, aku lihat ada sebuah bunga yang sudah selesai berzikir. Ya, bunga itu yang aku bawa.” Nah tuh, hanya dengan setangkai bunga kecil dan sudah layu, sang murid bisa mengingat Allah.

Ujung ceritanya, si murid yang mendapat bunga kecil dan layu itu malah menjadi syaikh yang menggantikan Sunbul Effendi. Kok bisa, sih? Ya, bisa karena dia sering melatih diri untuk berzikir. Jadi, ketika ada bunga yang sedang berzikir pun dia bisa merasakan. Murid seperti dialah yang sebenarnya dicari Sunbul Effendi.

Contoh lainnya lagi adalah kelelawar. Manusia mulia seperti anda seharusnya tidak punya sifat kelelawar. Kelelawar tidak bisa melihat di siang hari karena silau akan matahari. Jadi, ia justru keluar dalam gelap. Kalau anda sudah keseringan menghabiskan waktu dengan percuma, keseringan menonton ilm atau gambar porno, keseringan dengar lagu-lagu yang gersang dan membuat anda gerah, maka nurani anda akan buta karena silau oleh itu semua. Otak anda akan tumpul dan lama-kelamaan anda jadi seperti mayat hidup. Semua indra anda tidak berfungsi dengan baik. Anda sudah tidak sanggup lagi menciptakan kebaikan-kebaikan. Seperti kelelawar di siang hari.

Dunia anda begitu terang! Anda bisa mengambil apapun yang bermanfaat dari sana. Anda bisa bertemu Allah setiap saat. Anda bisa hidup sambil menebar kebahagiaan dan keindahan terhadap sesama. Anda bisa menuai panen intan permata, asal anda tidak buta.

Sekarang, mulailah memanfaatkan semua indra anda, bersihkan pikiran anda, beningkan hati anda dengan sering-sering berbagi, murnikan akal anda dengan sering-seing merenungi diri sendiri, latih otak anda dengan sering belajar. Semua itu adalah awal belajar berzikir.
dari http://lampuislam.blogspot.com/



Alam Barzakh: Dunia di Antara Dua Kehidupan


Oleh: Ustad Bilal Assad

Pertama-tama, alam barzakh adalah kehidupan yang merupakan pembatas, antara dunia dimana kita hidup dan sebuah dunia yang tidak dapat kita pahami. Hal ini karena alam barzakh adalah kehidupan dengan realitanya sendiri. Alam barzakh tidak seperti dunia ini dan ia juga bukan alam akhirat (hari kiamat). Dia terletak di antara keduanya.

Allah berfirman dalam Quran tentang dua laut yang bertemu di dunia ini. Dia berfirman:

“Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. (Qs. Ar-Rahman[55]:19-20)

Dalam ayat di atas, Allah menggunakan kata barzakh untuk menggambarkan pembatas antara dua lautan tersebut. Dan kata barzakh juga digunakan untuk menggambarkan kehidupan setelah kematian sebelum hari kiamat. Allah berfirman dalam Quran:

Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” (Qs. Al-Mu’minuun[23]: 100)

Hal ini menunjukkan bahwa ada pembatas antara dua kehidupan yang tidak bercampur dengan dunia yang kita tinggali sekarang. Anda tidak tahu apa yang terjadi pada orang-orang yang telah meninggal, dan mereka tidak tahu apa yang terjadi pada anda. Dan anda tidak bisa memahaminya.
Anda baru memahaminya ketika anda sudah meninggal.

Inilah alam barzakh, sebuah pembatas di antara hidup ini dan kehidupan selanjutnya ketika anda meninggal sebelum anda dibangkitkan kembali. Saudara/saudariku dalam Islam, tepat pada saat anda meninggal, maka ruh mulai merasakan alam barzakh.

Jika anda ingin lebih memahaminya dengan contoh yang sederhana, bayangkan anda bermimpi ketika sedang tidur. Tubuh anda berada di kamar dan orang lain dapat melihat tubuh anda, mereka bisa menyentuh tubuh anda. Tapi ruh anda ada di alam mimpi. Ruh anda melakukan sesuatu yang lain, melihat sesuatu yang lain, dan mendengar sesuatu yang lain. Bukankah begitu? Ia ada di alam yang berbeda, bahkan terkadang anda tidak tahu dimana anda berada. Tapi tubuh anda ada di atas tempat tidur. Bagi orang lain di sekitar anda, yang mereka lihat adalah tubuh anda yang sedang tidur.

Sebagian orang yang tidur bahkan tidak sadar kalau mereka sedang tidur, mereka pikir itu adalah kenyataan. Dan sebagian orang tahu bahwa mereka sedang tidur ketika mereka bermimpi. Apakah anda pernah merasakan itu? Ini dinamakan luciddream.

Jadi dunia barzakh mirip seperti ketika ruh anda keluar ketika sedang tidur. Anda tidak butuh oksigen untuk ruh anda di alam mimpi. Pernahkah anda bermimpi bisa bernapas di dalam air? Ruh anda tidak butuh apa yang dibutuhkan tubuh anda. Tubuh kita bertahan hidup dengan makanan dan oksigen tapi ruh tidak demikian.

Jadi jika anda bisa mengerti mimpi, maka anda bisa mengerti barzakh. Saya pikir tidak seorang pun mengerti fenomena mimpi dan bagaimana ruh keluar ketika sedang tidur, dan begitu juga kita tidak bisa memahami alam barzakh.

Alam barzakh saudara/saudariku adalah tempat pemberhentian sementara di antara hidup ini dan akhirat. Di alam barzakh inilah seseorang akan diperlihatkan apakah dia akan masuk neraka atau surga.

Dan juga sebagaimana hadist yang Rasulullah s.a.w sabdakan bahwa kuburan adalah bagian pertama dari akhirat. Jika seseorang diselamatkan dari azab dan siksa kubur, maka apa yang akan terjadi setelahnya akan menjadi lebih baik dan mudah. Dia akan diselamatkan dari hal-hal yang lebih besar. Jika dia tidak diselamatkan dari siksa kubur, maka apapun yang akan datang setelahnya akan menjadi lebih buruk.

Saudara/saudariku, ketika seseorang pergi ke kuburan, Rasulullah s.a.w memberitahu kita bahwa seseorang membawa 3 hal bersamanya. Yang satu tetap bersamanya dan yang dua kembali. Rasulullah s.a.w bersabda bahwa keluarga dan kekayaan kita akan kembali. Apa yang tinggal bersama kita dalam kubur adalah amalan baik dan amalan buruk kita. Amalan itulah yang akan menentukan kemana anda akan menuju dan apa yang akan terjadi dalam kubur anda.

Rasulullah s.a.w juga memberitahu kita bahwa orang yang sudah meninggal saling mengunjungi satu sama lain dalam kubur mereka. Karena dia s.a.w bersabda “Ketika kamu mengubur seorang yang meninggal, maka buatlah kafannya baik, dan berikan mereka wewangian, persiapkan mereka karena para ahli kubur saling mengunjungi satu sama lain.”

Rasulullah s.a.w juga memberitahu kita bahwa binatang-binatang dapat mendengar seseorang yang sedang diazab dalam kuburnya. Aisyah r.a menceritakan tentang dua orang wanita Yahudi yang merupakan tetangganya. Aisyah berkata, “Dua orang wanita tua dari kaum Yahudi memasuki rumahku di Madinah pada suatu ketika dan mereka berkata padaku “Para ahli kubur diazab di dalam kubur mereka. Jadi aku katakan pada mereka ‘Kamu berbohong. Para ahli kubur tidak diazab.’ Kemudian mereka pergi. Lalu Rasululah s.a.w masuk dan aku katakan ‘Ya Rasulullah,
dua orang wanita Yahudi mendatangiku dan berkata bahwa para ahli kubur disiksa dalam kubur mereka.’ Rasulullah s.a.w bersabda ‘Kedua wanita Yahudi tadi berbicara benar. Para ahli kubur disiksa sampai-sampai binatang dapat mendengarnya, namun manusia dan jin tidak dapat mendengarnya.”

Saya tidak ingin menakuti anda, tapi merupakan amalan kitalah yang tentunya akan menentukan bagaimana keadaan kita dalam kubur, entah apakah kubur kita akan menjadi taman dari taman surga atau jurang dari jurang neraka. Dan Rasulullah s.a.w sendiri seringkali berdo’a agar dilindungi dari azab kubur. Dan hal ini juga harus kita lakukan sebagai makhluk yang berulang kali melakukan dosa. Dan kerjakanlah amal shaleh, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan melakukan amal shaleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.” (Qs. Al-Bayyinah[98]:7)

Semoga Allah melapangkan kubur kita dan menjauhkan kita dari azab kubur yang pedih. Aamiin ya robbal alamin.
dari http://www.organisasi.org/



Meraih Keutamaan Bulan Ramadhan


Oleh: Muhammad Yusran Hadi, Lc, MA. - Ketua Majelis Intelektual & Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Prov. Aceh

Ketika bulan Ramadhan datang, Rasul saw senantiasa memberikan taushiah  (nasihat) dan bimbingan mengenai Ramadhan dan puasa. Beliau memberi kabar gembira atas kedatangan Ramadhan kepada para shahabat dan umatnya dengan menjelaskan berbagai keutamaan bulan Ramadhan. Tujuannya adalah untuk memberi motivasi bagi para sahabat dan umat Islam lainnya untuk semangat melakukan ibadah dan amal shalih (kebaikan) pada bulan berkah ini. Oleh karena itu, topik ini menjadi penting untuk dibicarakan, agar kita termotivasi untuk meraih berbagai keutamaan Ramadhan.

Bulan Ramadhan dijuluki dengan sebutan sayyidusy syuhur (penghulu bulan-bulan). Dinamakan demikian karena Bulan Ramadhan memiliki berbagai keutamaan tersendiri yang tidak dimiliki oleh bulan lainnya. Di antara keutamaannya yaitu:


Pertama, Ramadhan merupakan syahrul Quran (bulan Al-Quran). Diturunkannya Al-Quran pada bulan Ramadhan menjadi bukti nyata atas kemuliaan dan keutamaan bulan Ramadhan. Allah Swt berfirman: “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang didalamnya diturunkan Al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan petunjuk tersebut dan pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185). Di ayat lain Allah Swt berfirman: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam qadar” (QS. Al-Qadar: 1). Dan banyak ayat lainnya yang menerangkan bahwa Al-Quran diturunkan pada bulan Ramadhan.

Itu sebabnya bulan Ramadhan dijuluki dengan nama syahrul quran (bulan Al-Quran).  Pada setiap bulan Ramadhan pula Rasulullah saw selalu bertadarus (berinteraksi) dengan Al-Quran dengan Jibril as, sebagaimana disebutkan dalam riwayat Ibnu Abbas r.a (HR. Bukhari). Maka, pada bulan Ramadhan ini kita digalakkan untuk memperbanyak berinteraksi dengan Al-Quran, dengan cara membacanya, memahami dan mentadabburi maknanya, menghafal dan mempelajarinya, serta mengamalkannya.

Kedua, bulan Ramadhan merupakan syahrun mubarak (bulan keberkahan), sebagaimana sabda Rasul saw, “Sungguh telah datang kepada kalian bulan yang penuh berkah. Pada bulan ini diwajibkan puasa kepada kalian..”. (HR. Ahmad, An-Nasa’i dan Al-Baihaqi). Setiap ibadah yang dilakukan di bulan Ramadhan, maka Allah akan melipat gandakan pahalanya. Rasulullah saw bersabda: “Setiap amal yang dilakukan oleh anak Adam adalah untuknya, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipat bahkan sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Swt berfirman: Kecuali puasa, itu untuk-Ku dan Aku yang langsung membalasnya. Karena sesungguhnya ia telah meninggalkan syahwat, makan dan minumnya karena-Ku” (HR. Muslim).

Rasulullah saw pernah berkhutbah di hadapan para sahabatnya, “Wahai manusia, telah datang kepada kalian bulan yang agung dan penuh berkah. Di dalamnya terdapat satu malam yang nilai (ibadah) didalamnya lebih baik dari seribu bulan. Allah menjadikan puasa pada siang harinya sebagai sebuah kewajiban, dan menghidupkan malamnya sebagai perbuatan sunnah. Siapa yang mendekatkan diri (kepada Allah) dengan satu kebaikan (pada bulan itu), seolah-olah ia mengerjakan satu perbuatan wajib pada bulan lainnya. Siapa yang mengerjakan satu perbuatan wajib pada bulan yang lain, ia seolah-olah mengerjakan tujuh puluh kebaikan di bulan lainnya.” (HR. Baihaqi)

Tidak hanya keberkahan menuai pahala, namun banyak keberkahan lainnya. Dari aspek ekonomi, Ramadhan memberi keberkahan ekonomi bagi para pedagang dan lainnya. Bagi fakir miskin, Ramadhan membawa keberkahan tersendiri. Pada bulan ini seorang muslim sangat digalakkan untuk berinfaq dan bersedekah kepada mereka. Bahkan diwajibkan membayar zakat fitrah untuk mereka.

Ketiga, pada bulan Ramadhan pintu-pintu surga terbuka dan pintu-pintu neraka tertutup serta syaithan-syaithan diikat. Dengan demikian, Allah Swt telah memberi kesempatan kepada hamba-Nya untuk masuk surga dengan ibadah dan amal shalih yang mereka perbuat pada bulan Ramadhan. Syaithanpun tidak diberi kesempatan untuk mengoda dan menyesatkan manusia. Rasulullah saw bersabda, “Apabila masuk bulan Ramadhan maka pintu-pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan syaithan-syaithan pun dibelenggu.” (HR. Bukhari dan Muslim). Maka pada bulan ini kita digalakkan untuk memperbanyak ibadah sunnat dan amal shalih, agar kita dapat masuk surga.

Keempat, bulan Ramadhan adalah sarana bagi seorang muslim untuk berbuat kebaikan dan mencegah maksiat. Rasulullah saw bersabda, “Apabila malam pertama bulan Ramadhan tiba, maka syaithan-syaithan dan jin-jin Ifrit dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup sehingga tidak satupun darinya terbuka, dan pintu-pintu surga dibuka sehingga tidak satupun pintu yang tertutup. Kemudian ada seorang (malaikat) penyeru yang memanggil: “Wahai pencari kebaikan, bergembiralah! Wahai para pencari kejahatan, tahanlah!”. (HR. At-Tirmizi, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah).

Para pelaku maksiat merasa dipersempit ruang gerak untuk berbuat maksiat pada bulan Ramadhan. Karena, pada bulan Ramadhan mereka harus menahan nafsunya. Tempat-tempat maksiat, hiburan-hiburan yang mengumbar birahi ditutup serta fasilitas maksiat ditutup. Terlebih lagi para syaithan yang menjadi guru para pelaku maksiat selama ini dibelenggu pada bulan Ramadhan. Begitu pula nafsu yang menjerumuskan manusia ke neraka juga dikekang dengan ibadah puasa, karena puasa itu adalah penahan nafsu dan maksiat sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Puasa itu Junnah (penahan nafsu dan maksiat)” (HR. Ahmad, Muslim dan An-Nasa’i)

Meskipun demikian, jika perbuatan maksiat masih terjadi pada bulan Ramadhan, maka penyebabnya ada tiga: Pertama, para pelaku maksiat pada bulan ini adalah murid dan kader syaithan. Mereka telah dilatih untuk berbuat maksiat sehingga menjadi kebiasaan. Mereka ini adalah alumni madrasah syaithan yang selama ini ditraining untuk berbuat maksiat oleh “guru atau ustaz” mereka (syaithan). Kedua, puasa yang dilakukan oleh pelaku maksiat itu tidak benar (tidak sesuai dengan tuntunan Rasul saw) sehingga tidak diterima. Bila ia berpuasa dengan benar, maka puasanya itu pasti mencegahnya dari maksiat. Ketiga, nafsunya telah menguasai dan menyandera dirinya. Puasa sesungguhnya tidak hanya menahan diri dari makan, minum dan hal-hal lain yang dapat membatalkan puasa, namun juga menahan diri dari nafsu dan maksiat baik berupa ucapan maupun perbuatan yang diharamkan. Akibatnya puasanya tidak bernilai nilai apa-apa dan tidak memberikan dampak positif dalam tingkah lakunya. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila pada bulan Ramadhan masih ada orang-orang yang “istiqamah” berbuat maksiat.

Kelima, Ramadhan bulan maghfirah (pengampunan dosa). Allah Swt menyediakan Ramadhan sebagai fasilitas penghapusan dosa selama kita menjauhi dosa besar. Nabi saw bersabda: ”Shalat lima waktu, Jum’at ke Jum’at dan Ramadhan ke  Ramadhan  menghapuskan dosa-dosa di antara masa-masa itu selama dosa-dosa besar dijauhi”. (HR. Muslim). Melalui berbagai aktifitas ibadah di bulan Ramadhan Allah Swt menghapuskan dosa kita. Di antaranya adalah puasa Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi Saw: ”Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah Swt, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu”. (HR. Bukhari dan Muslim). Begitu pula dengan melakukan shalat malam (tarawih, witir dan tahajuj) pada bulan Ramadhan dapat menghapus dosa yang telah lalu, sebagaimana sabda Nabi saw: ”Barangsiapa yang berpuasa yang melakukan qiyam Ramadhan  (shalat malam) dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah Swt, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Keenam, Ramadhan bulan itqun minan nar (pembebasan dari Api neraka). Setiap malam di bulan Ramadhan Allah membebaskan hamba-hamba yang dikehendaki dari api neraka. Rasulullah saw bersabda, “Dan Allah membebaskan orang-orang dari api neraka pada setiap malam.” (HR. At-Tirmizi, Ibnu Majah dan Ibnu Khuzaimah).

Ketujuh, pada bulan Ramadhan terdapat Lailatul Qadar yang nilai kebaikan padanya lebih baik dari seribu bulan. Allah berfirman: “Dan Tahukah kamu lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan.” (Al-Qadar: 2-3). Rasul saw bersabda: “Pada bulan Ramadhan ada suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang dihalangi kebaikannya padanya, maka rugilah dia” (H.R. Ahmad,An-Nasa’i & Baihaqi). Maka kita sangat digalakkan untuk mencari lailatul qadar ini dengan i’tikaf, khususnya pada sepuluh hari terakhir Ramadhan, mengikuti perbuatan Rasul saw. Aisyah r.a berkata: “Apabila telah masuk sepuluh hari terakhir (dari bulan Ramadhan), Nabi saw menghidupkan waktu malam beliau, membangunkan keluarga beliau untuk beribadah, dan mengencangkan ikat pinggang.” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam riwayat lain: “Nabi saw sangat giat beribadah pada sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan) melebihi ibadah beliau pada hari-hari lainnya.” (HR.Muslim)

Mengingat berbagai keutamaan Ramadhan tersebut di atas, maka sangat disayangkan bila Ramadhan datang dan berlalu meninggalkan kita begitu saja, tanpa ada usaha maksimal dari kita untuk meraihnya dengan melakukan berbagai ibadah dan amal shalih. Celakanya, bila hari-hari Ramadhan yang seharusnya diisi dengan memperbanyak ibadah diganti dengan ajang maksiat, na’uzubillahi min zaalik..! Rasulullah saw telah memberi peringatan dengan sabdanya: “Jibril telah datang kepadaku dan berkata: ”Wahai Muhammad, Siapa yang menjumpai bulan Ramadhan, namun setelah bulan ini habis dan tidak mendapat ampunan, maka ia masuk Neraka. Semoga Allah menjauhkannya. Katakan Amin! Aku pun mengatakan Amin!. (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam shahihnya). Dalam riwayat lain, Rasulullah saw bersabda, “Celakalah bagi orang yang masuk pada bulan Ramadhan, kemudian Ramadhan berlalu sebelum ia diampuni.” (HR. At-Tirmizi, Ahmad, Ibnu Hibban, dan Al-Baihaqi). Semoga kita dapat meraih berbagai keutamaan yang disediakan pada bulan Ramadhan. Amin!

Sumber: eramuslim
dari http://lampuislam.blogspot.com/
Tagg Label