SHALAT BERJAMAAH
Sebagaimana telah dikatakan dalam Muqaddimah, banyak orang yang telah melaksanakan shalat, tetapi tidak begitu mementingkan shalat berjamaah. Padahal Rasulullah saw. dengan tegas menyeru kepada ma- nusia agar melakukan shalat berjamaah sebagaimana tegasnya beliau ketika menyuruh mengerjakan shalat.
Bagian ini terdiri dari dua pasal, pasal pertama mengenai pahala shalat berjamaah dan pasal kedua mengenai akibat meninggalkan shalat berjamaah.
Pasal Pertama
Keutamaan Shalat Berjamaah
Hadits ke-1
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلَاةُ الجَمَاعَةِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ الْفَدِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً. (رواه مالك والبخاري ومسلم والترمذي والنسائي في الترغيب).
"Abdullah bin Umar r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, "Shalat dengan berjamaah dua puluh tujuh kali lebih baik daripada shalat sendirian." (Hr. Malik, Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasa'i - at Targhib)
Apabila seseorang melaksanakan shalat dengan niat memperoleh pahala dari Allah Swt., mengapa tidak melaksanakannya dengan cara berjamaah di masjid yang pahalanya dilipatgandakan menjadi dua puluh tujuh kali, atau dua puluh delapan kali. Mengapa kita begitu bodoh dengan melepaskan keun- tungan yang dua puluh tujuh kali lebih besar dengan tambahan usaha sedikit. Tetapi tidak begitu banyak kaum muslimin yang menghiraukan keuntungan- keuntungan yang dijanjikan untuk ámalan-ámalan agama. Ini bisa terjadi karena kita kurang memperdulikan agama Allah Swt. serta janji-janji-Nya di akhirat. Sayang sekali kita lebih suka bekerja keras untuk mendapatkan keuntungan dunia yang tidak seberapa, sementara kita tidak begitu peduli dengan keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh di akhirat nanti. Bah- kan kita menganggap suatu kerugian apabila melaksanakan shalat berjamaah di masjid karena harus menutup toko atau tempat usaha, karena khawatir merugikan perdagangan atau pekerjaan kita.
Alasan-alasan seperti ini tidak akan menjadi halangan bagi mereka yang tertanam kebesaran Allah Swt. di dalam hatinya dan meyakini segala firman- Nya, serta menyadari akan berkah dan pahala yang dijanjikan-Nya di akherat.
Mengenai orang-orang seperti ini Allah Swt. berfirman:
رِجَالُ لا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَابْتَاءِ الزكوة يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ .
"Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perdagangan dan jual beli dari meng- ingat Allah, mendirikan shalat dan membayar zakat. Mereka takut kepada hari ketika hati dan penglihatan berguncang." (Qs. an Nuur ayat 37)
Dalam kitab Hikayatush Shahabah, pada bab kelima juga telah diterangkan beberapa kisah tentang perilaku para sahabat apabila mereka mendengar seruan adzan.
Salim Haddad, seorang yang saleh dan pedagang, apabila mendengar seruan adzan wajahnya menjadi pucat dan gelisah. Dia akan segera bangun dan membiarkan tokonya terbuka, lalu membaca syair ini:
"Di sini aku wahai Yang Maha Pemurah."
Wajahku menjadi pucat karena takut, dan menunaikan perintah-Mu serta memalingkan aku dari segala pekerjaan lain.
Aku bersumpah dengan nama-Mu, tidak ada yang lebih kucintai dari meng- ingat-Mu.
Tidak ada yang lebih mengasyikanku daripada menyebut nama-Mu yang manis.
Aduh! Adakah waktu bagi kita bersama? Seorang kekasih hanya bergembira jika berada bersama kekasihnya. Dia yang matanya telah melihat kecantikan-Mu tidak akan dapat terhibur.
Dia akan mati dengan merindukan-Mu. Disebutkan dalam sebuah hadits, orang-orang yang selalu pergi ke masjid maka malaikat-malaikat akan menjadi sahabatnya, mengunjunginya apabila sakit dan membantunya dalam segala urusannya.